Sunday 29 November 2015

Makan Coklat dan Mie Instan secara bersamaan menyebabkan kematian?


Mie Instan dan coklat, makanan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, apalagi anak kuliahan. Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti dong suka Mie instant dan coklat, Nah ini ada informasi penting yang perlu kalian ketahui, apakah benar makan coklat dan mie instant secara bersamaan dapat menyebabkan kematian? yuk kita bahas.

Metrotvnews.com, Jakarta: Beberapa waktu terakhir, muncul pesan broadcast dari Blackberry Messanger yang menyebut kematian seorang wanita akibat mengonsumsi mie instan dan cokelat secara berbarengan.

Adapun pesan broadcast tersebut berbunyi:
Ada seorang Wanita meninggal 'Mendadak' dgn 'Kelima Panca Indera keluar darah. Setelah diselidiki ternyata Wanita ini meninggal, bukan krna 'Bunuh Diri' atau 'Dibunuh', melainkan karena ketidaktahuan tentang 'Racun akibat Makanan'. - Wanita ini memiliki kebiasaan makan coklat. tiap hari, ini tidak masalah. Masalahnya, malam itu wanita ini kebanyakan makan 'MIE GORENG'. - Sebenarnya cma makan mie goreng saja juga tidak masalah, karena orang rumahnya juga banyak makan mie malam itu dan tak ada yang meninggal.Tetapi, karena MIE itu mengandung 'Arsenic Pentoxide' (As2O5) & berhubung habis makan MIE wanita itu makan COKLat.Terjadilah "Reaksi Kimia" di dalam perut yang membuat 'Arsenic Pentoxide' (As2O5) berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang sangat beracun.- Inilah yg Mengakibatkan :• Hati• Jantung• Ginjal• Pembuluh darah rusak• Usus Berdarah• Pembuluh darah Melebar- Sehingga wanita itu Meninggal dengan sangat Mengenaskan dengan Kelima Panca Indera 'Keluar Darah' saat itu.- Jadi Hati-hati!!Jika habis banyak makan.• MIE goreng•. MIE kering•. MiE soto- Jangan makan coklat pada saat yang 'Bersamaan' !!!- Copy paste-lah jika Anda 'Merasa' ini cukup 'Penting' - Kasih tau ke semua Teman atau Keluarga.- Mari berbagi Kepedulian Kita dengan Sesama!!!

Pesan tersebut membuat warga resah, tentu saja pasti banyak kalian yang suka makan mie instan dan coklat, walaupun tidak secara bersamaan.

Dalam mie instan yang paling berbahaya adalah zat pengawetnya
"Zat pengawet itu adalah natrium. Beberapa kasus yang saya temui, pernah ada anak yang ususnya pecah karena keseringan makan mie. Proses rusaknya itu diakibatkan natrium yang mengendap di dalam tubuh. Jika semakin tebal, organ yang tertumpuk endapan akan rusak," jelasnya.

Mie instan mengandung bahan berikut:

a. MSG (monosodium glutamate) sebagai penyedap rasa.
b. Karbohidrat yang tinggi tanpa diimbangi oleh nutrisi lain seperti vitamin.
c. Lemak jenuh ganda.
d. Natrium yang banyak.
e. Arsenic pentocide.

Efek terlalu banyak mengkonsumsi mie instan

a. Kanker

Jika mie terus menerus dikonsumsi secara berlebihan kita akan beresiko terkena penyakit kanker, entah itu kanker hati, kanker usus dll. Apalagi sekarang banyak sekali oknum pedagang nakal yang memasukan campuran mie dengan lilin agar mie tidak menempel satusama lain.
b. Usus Bocor

mie membuat dinding usus menipis, kalau mie terus dikonsumsi usus akan bocor dan itu sangat berbahaya sekali. Karena akan sulit dalam mencerna makanan.
c. Gangguan Syaraf Otak

Mie dapat mengakibatkan jaringan otak terganggu karena mie jika terus dikinsumsi akan mengandung bahan yang berbahaya bagi tubuh dan akan terbawa ke otak sehingga terjadi penurunan fungsi otak. Jika dibiarkan mungkin saja anda akan terkena penyakit stroke.

Tuh, anak kos jangan sering-sering makan mie ya, hahaha.

Nah selanjutnya nih,

Apa saja sih yang terkandung dalam coklat?

Cokelat banyak mengandung alkaloid contohnya :

a. Teobromin
b. Anandamida
c. Fenetilamin.
d. Trioxide

Efek dari kandungan yang terdapat dalam coklat 

a. Mampu mempengaruhi kerja otak pada tingkat serotonin.
b. Mengurangi pembentukan radikal bebas pada tubuh.
c. Mengurangi tekanan darah.
d. Menstabilkan kesehatan manusia pada umumnya.

Bahaya Makan Mie Instan dan Coklat Secara Bersamaan

Nah udah pada tau kan efek dari mie instan dan coklat? Anda tentu penasaran untuk mengetahui apa bahayanya apabila mie instan dimakan bersama coklat secara bersamaan.

Maka apabila Anda masih mencintai tubuh Anda dan membutuhkan kesehatan Anda, maka  jangan makan mie instant bersama coklat. Nih penjelasannya.

Pada mie instan mengandung zat arsenic pentocide yang apabila menumpuk dalam tubuh akan cukup berbahaya bagi saraf dan seluruh sel tubuh Anda. Kemudian pada coklat mengandung zat trioxide arsenic yang kurang lebih sama dengan arsenic pentocide. Apabila terakumulasi dalam jumlah banyak akan berubah menjadi racun dalam tubuh. Nah, arsenic pentocide dan trioxide arsenic apabila bertemu akan mengalami reaksi kimia yang hasilnya membahayakan. Yaitu zat turunan baru bernama arsenic trioxide, yang efeknya adalah bisa meracuni tubuh.

Itu karenanya jangan makan mie instan bersama coklat. Anda akan mendapat serangan jantung mendadak, dengan diawali oleh pecahnya pembuluh darah. Ketika zat arsenic pentocide masuk ke dalam tubuh, sebenarnya sudah cukup berpengaruh buruk pada dinding-dinding sel colon pada sistem pencernaan tubuh.

Ngeri ya..padahal sama-sama enak tuh makanan.

Setelah makan mie instan, Anda belum merasa kenyang. Atau bisa saja masih ingin ngemil. Kalo kurang kenyang ngemil yang lain aja selain coklat bro/sis. Ketika ngemil coklat, masuklah coklat dengan segala kandungan yang tidak Anda ketahui ke dalam tubuh. ketika ditambah lagi dengan masuknya coklat itu, maka artinya ada zat bernama trioxide arsenic juga yang masuk.

Secara alamiah kedua zat tersebut arsenic pentocide dan trioxide arsenic adalah dua zat yang saling berlawanan, dan efeknya saling melemahkan. Kedua zat tersebut apabila bersatu akan menimbulkan reaksi kimia yang menghancurkan tubuh Anda. Gejala pertama adalah pecahnya pembuluh pada sel-sel dinding colon, kemudian pecahnya pembuluh darah, dan efek akhirnya adalah menyerang kerja jantung Anda. Dan hasil akhir apabila jantung sudah diserang, Anda pasti tahu sendiri apa akibatnya bukan? Maka demi kebaikan Anda sendiri, jangan makan mie instant bersama coklat.





Apakah Rokok Elektrik aman?



Rokok Elektrik atau Vaporizer sedang menjadi fenomena baru di tengah masyarakat Indonesia, banyak masyarakat Indonesia beralih ke Rokok elektrik ini, banyak yang berfikir dengan beralih ke rokok elektrik bisa lebih kekinian, tapi apakah rokok elektrik ini aman?









Ya, dulu saya adalah perokok, penikmat rokok, pecandu rokok. Seiring berjalannya waktu, saya berhenti merokok dan mencoba beralih ke rokok elektrik (vaporizer). Awalnya saya beralih ke rokok elektrik karena rokok elektrik itu tidak ada tar nya, yang di keluarkan oleh rokok elektrik juga bukan asap melainkan uap. Setelah saya mencari informasi lebih lanjut, banyak kontroversi antara aman atau tidak aman kah rokok elektrik ini. Mari kita bahas lebih lanjut.
       

Kementrian Kesehatan Jepang

Penelitian yang ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan Jepang ini menemukan karsinogen dalam uap yang dihembuskan usai menghisap rokok yang disebut vape ini. Misalnya kandungan formaldehyde, sebuah zat yang biasa ditemukan dalam bahan bangunan dan pembalseman cairan, tingkat karsinogen lebih tinggi dibandingkan dalam asap rokok biasa. Lalu, asetaldehida juga ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan rokok tembakau.

"Bahkan, dalam salah satu merek rokok elektronik ditemukan 10 kali tingkat karsinogen dibandingkan satu batang rokok biasa," tutur seorang peneliti dari National Institute of Public Health, Jepang dr. Naoki Kunugita seperti dilansir laman Daily Mail, pada Minggu (30/11/2014).


World Health Organization (WHO)

WHO merilis sebuah laporan berisi anjuran untuk tidak menggunakan rokok elektrik di dalam ruangan karena produk ini bisa mengeluarkan racun seperti rokok biasa. Meski tidak mengeluarkan asap, uap rokok elektrik yang mengandung zat kimia berbahaya juga dapat menimbulkan polusi udara. WHO juga menganjurkan untuk tidak menjual rokok elektrik kepada orang-orang di bawah usia 18 tahun.


Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Begitu pula di Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah memperingatkan masyarakat bahwa rokok elektrik yang beredar di pasaran adalah produk ilegal dan belum terbukti keamanannya. Menurut BPOM, rokok elektrik mengandung nikotin cair dan bahan pelarut propilen glikol, dieter glikol, dan gliserin. Jika semua bahan itu dipanaskan akan menghasilkan senyawa nitrosamine. Senyawa tersebut dapat menyebabkan kanker.


Apa Saja Kandungan Rokok Elektrik?

Rokok elektrik atau biasa juga disebut dengan sistem pengiriman nikotin elektronik (ENDS) adalah alat penguap bertenaga baterai yang dapat menimbulkan sensasi seperti merokok tembakau. Tampilannya pun ada yang menyerupai rokok dan ada pula yang didesain berbeda. Rokok elektrik pertama kali dipatenkan oleh apoteker asal Tiongkok, Hon Lik, pada tahun 2003. Kemudian dipasarkan di Tiongkok pada tahun 2004 melalui perusahaan Golden Dragon Holdings (kini bernama Ruyan).

Di dalam rokok elektrik terdapat tabung berisi larutan cair yang bisa diisi ulang. Larutan ini mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan perasa. Larutan ini dipanaskan, kemudian muncul uap selayaknya asap. Sebagian perusahaan menjual cairan perasa tertentu. Antara lain perasa mentol/mint, karamel, buah-buahan, kopi, atau cokelat.

Nikotin

Nikotin merupakan zat yang terdapat pada daun tembakau. Nikotin berfungsi  sebagai obat perangsang dan memberikan efek candu. Itulah sebabnya banyak perokok yang sulit berhenti merokok. (dalam vaporizer ada juga yang tidak menggunakan nikotin) atau 0 nikotin.

Propilen glikol

Propilen glikol merupakan cairan senyawa organik yang tidak berbau dan tidak berwarna, namun memiliki rasa agak manis. FDA atau Lembaga Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat telah menyatakan bahwa senyawa ini aman jika digunakan dalam kadar rendah.

Gliserin

Gliserin adalah cairan kental tidak berbau dan tidak berwarna. Zat ini sering digunakan pada perpaduan formulasi farmasi. Cairan manis yang dianggap tidak beracun ini sering pula dipakai oleh industri makanan. Gliserin berfungsi sebagai pengantar rasa dan nikotin dalam penggunaan rokok elektronik.


Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan rokok elektrik?

1.  Merusak paru-paru

FDA (Food and Drug Administration) di Amerika menyebutkan bahwa cairan      (liquid) yang ada di dalam E cigarette ini mampu menyebabkan iritasi pada paru-paru manusia. Bahkan carbonyl ini dapat menyebabkan kanker bagi pengisapnya.

2. Berpotensi Sakit Pneumonia

Jika anda sering menghisap rokok elektrik, maka anda sedang mengebalkanbakteri penyebab Pneumonia dalam tubuh anda karena rokok elektrik ini mengandung Nikotin cair sintetsis. Perasa dan pewarna yang cukup berbahaya bagi anda.

Sebenarnya masih banyak efek samping dari rokok elektrik ini, Namun akan terlihat lebih jelas apabila anda melihat fakta kandungan zat apa saja yang dikandung oleh rokok elektrik ini.



UJUNG GENTENG: A HIDDEN PARADISE ON THE SOUTH COAST

Libur sekolah tiba, saat itu saya yang sedang duduk di bangku SMP di ajak berlibur oleh orang tua saya, pagi itu kami berangkat sekitar pukul 06.00 WIB dari Depok. Melewati tol Bogor, jalanan masih lancar. Terjadi sedikit kemacetan di pasar Cicurug. Setelah itu lalu lintas cukup padat tetapi masih lancar. Di Cibadak kembali terkena macet walau tak separah kalau di siang hari.

Sampai Cibadak, kami melewati rute kedua (Jakarta – Ciawi – Cicurug – Cibadak – Sukabumi – Jampang Tengah – Jampang Kulon – Surade – Ujung Genteng). Menurut informasi bapake yang  di dapatdari internet, rute ini hanya memerlukan waktu sekitar 7 jam, sedangkan rute pertama (Jakarta – Ciawi – Cicurug – Cibadak – Pelabuhan Ratu – Cikembar – Jampang Kulon – Surade – Ujung Genteng) menyita waktu 8,5 jam.



Ingin hemat waktu, namun kenyataannya jalur Sukabumi ini malah lebih lama karena saat itu sedang terjadi pengaspalan jalan di daerah Jampang Tengah. Jalan berlubang dan tumpukan material menghambat perjalanan. Rasa kesal karena buruknya jalan terobati dengan indahnya pemandangan di Jampang Tengah. Saya bisa menyaksikan perkebunan kopi di pinggir jalan. Juga melihat  pekerja kebun teh memetik daun serta pekerja pria memikul jerigen berisi obat-obatan untuk membunuh rerumputan di bawah pohon teh.  Jalanan tetap berliku.


 
Sekitar jam 01.00 siang, Kami memasuki Surade, pintu masuk ke Ujung Genteng. Hawa laut sudah terasa. Deretan pohon kelapa di kiri dan kanan jalan menyambut kedatangan kami. 15 km sebelum pantai, birunya air laut sudah terlihat di sisi kiri jalan. Makin dekat, laut makin jelas, baik dari sisi kanan maupun kiri. Ujung Genteng adalah sebuah tanjung yang menjorok ke laut. Di antara deretan pohon kelapa, tampak puluhan sapi yang dibebas liarkan di areal itu. Menurut informasi, sapi itu tak dikandangkan. Masuk akal karena tak ada kandang di dekat situ. Makin dekat ke pantai, terdapat pintu gerbang untuk membeli tiket masuk. Berapa harganya, saya tak tahu karena saat itu pos dalam keadaan kosong. Mugkin petugasnya sedang menghadiri acara kawinan di samping pos. Setelah pos jaga, terlihat monumen peluru kendali serta gapura bertulisakan Satlatpur AU Atang Sendjaja.

Pondok Hexa, tempat kami menginap, Ukurannya cukup luas, 5 X 5 meter dengan tempat tidur extra large. Tarif penginapan ini dibawah 400.000 (dulu ya tahun 2010) mungkin sekarang naik.






Pukul 15.00 sore, kami bermain-main di pantai. Sayangnya, pantai di depan Hexa tak tersentuh ombak. Ombak berada sekitar 100 meter dari bibir pantai karena terhalang karang. Jika ingin diving atau main papan luncur, sebaiknya ke Cibuaya, sekitar 4 km dari Pondok Hexa. Di pantai ini juga terdapat pasir putih sehingga pemandangannya memukau saat sunset.



Kami menghabiskan waktu di pantai depan penginapan sampai jam 17.00. Lalu menuju ke sekitar pelelangan ikan untuk melihat aktifitas penduduk. Ada yang menjala ikan, menombak ikan, memancing, serta ibu-ibu yang berburu kerang. Saya sempat melihat para penombak ikan yang istirahat sambil makan ikan bakar hasil tangkapannya. Mereka berada di tanggul yang jebol karena abrasi. Menuju ke tanggul itu harus melewati karang-karang licin. Sempat juga bertemu ular laut berwarna hitam putih garis-garis.


Selepas maghrib, Kami keluar hotel untuk mencari makan. Menurut info karyawan hotel, sea food enak ada di restro Anugerah di ujung jalan. Kami mencoba mencari resto lain. Tak ada yang menggoda sehingga saya membelok ke Anugerah juga. Banyak menu yang tak ada karena saat itu ikan sedang susah. Akhirnya hanya pesan cumi goreng tepung plus cah kangkung. Rasanya sangat standar.

Pukul 19.30 kami sudah kembali ke hotel. Kami akan berangkat ke turtle park pukul 20.00. Katanya jam 19.00 tadi sudah ada satu penyu yang membuat lubang untuk bertelur. Di perkirakan jam 21.00 penyu sudah bertelur. Saya harus naik ojek karena jalan menuju kesana tidak dapat dilewati mobil, jalan sempit dan penuh bebatuan. Tarifnya Rp 40.000 untuk satu ojek. Untungnya saya tidak ketiduran di ojek karena waktu SMP saya jarang tidur malam.


Memasuki Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan (Pangumbahan Turtle Park) saya diminta mengisi buku tamu dan membayar biaya Rp 5.000 per orang. Setelah itu petugas mengeluarkan ember plastik hitam berisi anak penyu yang baru berumur sehari. Anak-anak penyu yang baru menetas sore hari itu akan dilepasliarkan besok sore. “Setiap jam 05.00 sore ada pelepasan penyu ke laut,” ujar petugas Turtle Park.  Kemungkinan hidup anak penyu itu hanya dua persen. Sangat kecil sehingga layak dilindungi.


Menunggu bel berbunyi (tanda untuk melihat penyu bertelur), kami melihat penangkaran telur yang terletak persis di belakang pintu masuk. Telur dari satu induk dijadikan satu dan diberi tanda waktu lahirnya. Masa menetas sekitar 50 hari. Menjelang menetas, telur itu diberi kawat kassa agar anak-anak itu tak berlarian. Sayang, saat menyaksikan penangkaran hanya ditemani lampu senter sehingga hanya remang-remang.
Jam 21.15 bel berbunyi. Saya dan rombongan, sekitar 20 orang, masuk ke bibir pantai. Tak boleh menyalakan lampu, termasuk dari handphone. “Nanti mata bisa beradaptasi,” teriak guide. Benar, sesampai di pasir yang lembab dan dingin, mata saya bisa melihat mana jalanan dan mana tanaman. Sekitar 50 meter dari pintu masuk, seekor penyu berukuran panjang sekitar 1 meter dengan diameter 60 cm sedang bertelur di bawah pohon. Saya tak boleh menyalakan blitz ke arah laut. Pemotretan harus mengarah ke daratan agar cahaya tak kena laut. Penyu sangat sensitif. Bisa mlihat cahaya dari jarak 25 meter. Jika melihat cahaya, penyu yang mau bertelor ke daratan bisa balik lagi ke laut dan mengurungkan niatnya.
Seekor penyu bisa bertelor sekitar 100 butir. Masa bertelur dua bulan. Mereka akan balik ke lubang yang sama dalam 12 hari sehingga lubang tak mengalami perubahan. Telur sebesar bola pingpong itu dimasukkan ke dalam lubang buatannya, lalu ditutup setelah selesai bertelur. Untuk menutup lubang bisa membutuhkan waktu 1 jam. Penyu baru beranjak pergi setelah yakin kalau telur-telurnya dalam kondisi aman. Setelah bertelur penyu akan menghilang selama dua tahun. Penyu yang saya lihat tadi, menurut guide dari Amanda Ratu Hotel, masih muda. Penyu baru berpacaran pada usia 40 tahun. Umurnya bisa mencapai 200 tahun. Jam 22.00 penyu belum juga berjalan ke arah pantai. Kami memutuskan untuk balik ke hotel, menyimpan tenaga untuk esok hari.



Senin, 5 Juli 2010



Jam 05.00 saya bangun. Pagi buta saya menuju ke tempat pelelangan ikan. Sepi.Belum ada kapal nelayan yang merapat. Setengah jam menunggu, masuklah beberapa kapal kecil. Nelayan menururnkan ikan hasil tangkapannya. Tak banyak karena sedang susah mendapatkan ikan. Kapal dengan empat nelayan hanya membawa pulang dua ikan pari dan satu ikan besar (entah apa namanya) serta beberapa ikan kecil. Sepertinya tak sebanding dengan ongkos produksi saat melaut. Ikan-ikan itu ditimbang ke juragan yang menampung hasil mereka. Di tempat pelelangan juga sepi. Kami tak jadi membeli ikan satu pun.


Mobil menuju ke arah Surade mencari sarapan. Tak ada restoran atau warung yang cocok. Akhirnya kami memutuskan sarapan dengan roti yang kami beli sebelumnya.



Pukul 08.00 pagi kami menuju ke pantai.  Mencari ikan-ikan kecil di balik karang. Ingin membeli jaring kecil (saringan ikan) tak ada warung yang menjualnya. Saya membuat saringan dari gelas air mineral yang saya lubangi di pinggir dan bawah gelas. Berhasil. Dengan alat itu, saya berhasil menangkap dua ikan kecil, yang akhirnya dilepas lagi menjelang pulang. Setelah makan siang di hotel dengan menu cah kangkung lagi plus udang dan cumi, saya check out dari Pondok Hexa. Jam  menunjukkan pukul 13.00.




Pulangnya, bapake mengambil rute pertama dari Ujung Genteng – Surade – Jampang Kulon – Cikembar – Pelabuhan Ratu – Cibadak – Cicurug – Ciawi – Depok. Jalannya lebih bagus, meski tetap berkelok. Pemandangan hanya hutan belantara. Tak ada kebun teh seperti di Jampang Tengah. Sampai Pelabuhan Ratu sekitar jam 15.30. Mampir ke pelelangan ikan untuk membeli ikan. Setelah itu menuju ke pantai, bermain papan luncur. Kembali kami bermain air sampai menjelang magrib. Habis magrib meluncur ke Cibadak. Lancar. Mampir makan malam di Cikembar. Rute Cikembar – Cibadak juga lancar. Dari Cibadak sampai ke tol Jagorawi terkena macet. Sampai rumah pukul 23.30. Istirahat.

Friday 20 November 2015



MAKALAH

“KONFLIK SAMPIT”

­Penyusun         :

Nama             : Dirga Alban
NPM              : 11315978
Fakultas         : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan          : Teknik Sipil
Dosen            : Emilianshah Banowo



JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Konflik Sampit”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Penulis  berharap semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi penulis dan tentunya remaja Indonesia.




Depok, 10 November 2015
                                                           

                                                                                                                            Penulis










DAFTAR ISI


Cover.............................................................................................................................................        i
Kata Pengantar..............................................................................................................................        ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN
      1.1   Latar Belakang................................................................................................................        1
      1.2   Rumusan Masalah...........................................................................................................        1
      1.3   Tujuan Penulisan.............................................................................................................        2

BAB II PEMBAHASAN
      2.1   Pengertian Konflik..........................................................................................................        3
      2.2   Terjadinya Konflik Sampit..............................................................................................        4
      2.3   Dampak dari Konflik Sampit..........................................................................................        5
      2.4   Konflik di Dayak dengan etnik Madura.........................................................................        5
      2.5   Solusi untuk mengatasi Konflik Sampit...........................................................        9

BAB III PENUTUP
      3.1   Kesimpulan.....................................................................................................................        10
      3.2   Saran...............................................................................................................................        10













BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia,berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu.Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas keseluruh provinsi,termasuk ibukota Palangka Raya.
Konflik sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antar warga dayak dan madura. Konflik besar terakhir terjadi antara desember 1996 dan januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk madura pertama tiba dikalimantan tahun 1930 dibawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial  belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah indonesia. Tahun 2000,transmigrasi membentuk 21% populasi kalimantan tengah. Suku dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga madura yang semakin agresif .hukum-hukum baru telah memungkinkan warga madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial diprovinsi ini seperti perkayuan,penambangan dan perkebunan.ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah dipemukiman madura. Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan masalah, antara lain adalah:
1.      Pengertian Konflik
2.      Mengapa konflik sampit dapat terjadi?
3.      Bagaimana Dampak dari konflik Sampit?
4.      Konflik Di Dayak dengan etnik Madura
5.      Bagaimana solusi untuk menindak lanjuti / mengatasi permasalahan ini?





1.3        Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini bagaimana pihak Kepolisian mampu mengatasi masalahi konfllik antar suku bangsa seperti yang terjadi antara Suku Dayak  dan Suku Madura.

































BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Pengertian Konflik

Banyak definisi konflik yang dkemukakan oleh para pakar. Dari berbagai definisi dan berbagai sumber yang ada istilah konflik dapat dirangkum dan diartikan sebagai berikut: konflik adalah
(1) bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai-nilai, serta kebutuhan;
(2) hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih (individu maupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan, atau perbuatan yang tidak sejalan;
(3) pertentangan atau pertikaian karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, dan motifasi pelaku atau yang terlibat di dalamnya;
(4) suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang membuat orang lain perasaan serta fisiknya terganggu;
(5) bentuk pertentangan yang bersifat fungsional karena pertentangan semacam itu mendukung tujuan kelompok dan memperbarui tampilan, namun disfungsional karena menghilangkan tampilan kelompok yang sudah ada;
(6) proses mendapatkan monopoli ganjaran, kekuasaan, pemilikan, dengan menyingkirkan atau melemahkan pesaing;
(7) Suatu bentuk perlawanan yang melibatkan dua pihak secara antagonis; kekacauan rangsangan kontradiktif dalam diri individu.






2.2       Terjadinya Konflik Sampit
a.       Sengketa tanah milik orang dayak yang dilakukan oleh warga Madura.
Penduduk Madura pertama tiba dikalimantan tahun 1930 mengikuti program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah colonial Belanda.Banyak warga Madura yang baru datang ke Kalimantan Tengah meminjam tanah kepada warga Dayak. Setelah beberapa tahun tanah itu pun diminta karena suatu keperluan tetapi warga Madura tetap tidak memberikan tanah tersebut malahan warga Madura mengeluarkan Celurit.
b.      Rasa etnosentrisme yang kuat.
Yang mana warga Madura mempunyai adat yang membawa Parang/Celurit kemana pun pergi,membuat orang Dayak melihat sang tamunya selalu siap berkelahi.Sebab bagi orang Dayak membawa Senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang/memburu.
            c.       Keserakahan orang Madura.
Dimana orang Madura menguasai perekonomian,perkebunan,perkayuan dan perindustrian dan sering terjadi kasus pelanggaran tanah larangan masyarakat dayak selalu terdesak dan mengalah karena kasus dilarangnnya menambang intan diatas tanah adat hingga kampung mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari penebang kayu yang mendesak mereka kedalam hutan.
d.      Pembunuhan awal dilakukan oleh warga Madura.
Pembunuhan tersebut terjadi pada tahun 1982 dikota sampit,seorang warga dayak dibunuh oleh warga Madura.







           
                 



2.3       Dampak dari Konflik Sampit
a.     Hilangnya harta benda 
Konflik ini mengakibatkan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.                       
b.      Banyak korban jiwa berjatuhan
Konflik Sampit ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian dan banyak korban jiwa yang luka-luka.
c.       Retaknya hubungan antar suku.
Konflik ini mengakibatkan putusnya hubungan tali silaturahmi.
d.      Menghambat kerjasama.



2.4       Konflik di Dayak dengan Etnik Madura

Di Kalteng, konflik antara etnik Dayak dan etnik Madura pada awal 2001. Konflik tersebut, sebenarnya merupakan ulang-an dari konflik antara kedua etnik itu yang terjadi beberapa tahun sebelumnya di Kalbar. Bahkan 8 atau 9 kali berturut-turut dalam waktu dari lima tahun. Kalau konflik itu dapat berkali-kali terjadi di Kalbar dan kemudian disusul di Kalteng maka ada dua hal yang perlu diperhatikan:
(1) penyelesaian konflik di Kalbar dulu tidak tuntas, artinya tidak dilakukan secara mendalam sampai pada akar-akar-nya;
(2) konflik  seperti yang teru-lang di Kalteng itu dapat terjadi lagi, mungkin di daerah lain.
konflik antara suku Dayak dengan Madura di Kalteng berada dalam hubungan antar kedua etnik. Di Kalbar dan Kalteng kedua suku itu hidup berdamping-an di suatu tempat atau lokasi dan mereka bisa melakukan interaksi. Dalam hubungan antara suku Da-yak dengan suku-suku pendatang selain suku Madura tidak ada masalah sosial atau ekonomi. Tetapi masalah yang bertentangan itu ada dalam hubungan antara suku Da-yak dengan suku Madura.
Pada dasarnya terdapat persamaan antara konflik etnik di Kalteng pada 2001 dengan yang terjadi di Kalbar pada 1999 dan sebelumnya, baik dalam stereotip etnik maupun pola penyerangan. Dengan mengacu pada model analisis kebudayaan dominan yang dikembangkan Bruner, penelitian Suparlan (2000), menyebutkan bahwa kekerasan etnik yang terjadi di Sambas karena adanya produk dan corak hubungan antaretnis yang didominasi oleh cara-cara kekeras-an yang terpola yang telah dilaku-kan secara sepihak oleh orang-orang Madura. Dengan kata lain, kekerasan yang dilakukan orang-orang Melayu Sambas dapat dilihat sebagai imbas balik dari pendomi-nasian dengan cara-cara main ka-yu, ancaman, dan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Madura Sambas sebelum terjadinya keru-suhan Sambas. Kekerasan orang-orang Melayu Sambas terhadap orang-orang Madura Sambas yang berupa pembunuhan dan penghan-curan rumah serta segala harta milik mereka, secara simbolik dapat dilihat sebagai sebuah upacara pembersihan atau penyucian terha-dap kekotoran yang menimpa kehi-dupan mereka yang dikarenakan oleh keberadaan dan perbuatan-perbuatan orang-orang Madura.
Temuan penelitian Suparlan menunjukkan, hubungan antar et-nik yang relatif tidak berlangsung secara harmonis seperti yang terjadi antara Orang Melayu-Madura dan antara Orang Dayak-Madura di Sambas, hubungan antarpribadi atau perorangan di antara mereka tidak berlaku umum. Yang ada adalah hubungan antar stereotip yang berupa label yang dihasilkan dari hubungan antarkategori atau label yang tidak menunjukkan ciri-ciri kemanusiaan. Orang Madura dilihat oleh Orang Melayu sebagai kategori hewan yang kotor, yaitu anjing. Sebaliknya, Orang Madura melihat Orang Melayu sebagai penakut dan hanya kelihatan besar tetapi kropos seperti krupuk. Sedangkan Orang Dayak melihat orang Madura sebagai hewan hama dan buruan mereka yang rakus yaitu babi hutan, dan sebaliknya Orang Madura melihat Orang Dayak  sebagai kafir dan mahluk terbela-kang. Konflik antarindividu yang menghasilkan kerusuhan antar su-ku bangsa dan yang mewujud sebagai kekerasan dapat dipahami dengan mengacu pada stereotip sukubangsa yang mereka punyai masing-masing dan yang mereka gunakan. Yaitu, kekerasan telah terwujud karena pihak lawan tidak lagi dilihat sebagai kategori manusia atau orang-perorang tetapi sebagai kategori hewan atau benda yang sudah sewajarnya untuk dihancur-kan.
Kemudian, kesamaan yang cukup jelas antarkedua etnik baik di Sambas maupun di Kalteng adalah terutama dalam pola penyerangan terhadap orang-orang Madura sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Melayu dan Dayak terhadap mereka di Sambas pada 1999, yaitu bunuh orang-orangnya, hancurkan rumah dan harta bendanya, dominasi seluruh wilayah konflik dengan teror dan ketakutan, sehingga orang Madura harus mengungsi dari wilayah tersebut. Berbeda dengan orang-orang Melayu, tokoh-tokoh Dayak di Kalteng masih bersedia berdamai dengan orang Madura sebagaimana terjadi berulang kali di Sambas. Suparlan (2000), mempertanyakan mengapa kerusuhan massal tersebut baik antaretnis maupun yang bukan di masa dan setelah kejatuhan Orde Baru selalu terwujud dalam bentuk kekerasan? Hal itu terjadi dengan selalu didasari oleh adanya perasa-an tertekan dan ketakutan yang meluas dalam masyarakat, serta dipicu oleh adanya perlawanan yang dilakukan oleh korban pemalakan, atau kejahatan, atau tindakan se-wenang-wenang terhadap sumber kesewenang-wenangan tersebut.
Perlawanan yang dilakukan oleh orang-perorang berubah men-jadi perlawanan oleh kelompok, dan berkembang menjadi perlawanan massal yang berupa amuk massal. Karena perlawanan yang dilakukan oleh perorangan tersebut merupa-kan keinginan yang mendalam da-lam hati mereka yang juga merasa-kan penderitaan karena kesewe-nang-wenangan tersebut. Perlawan-an yang kemudian berubah menjadi amuk massa tersebut dapat dilihat sebagai puncak dari keberanian un-tuk menghancurkan ketakutan dan teror yang mereka derita secara massal yang sudah tidak tertahan-kan.
Dalam hubungan antara suku lokal Dayak dan suku pendatang Madura di Kalbar dan Kalteng tampaknya prasangka nega-tif dari suku Dayak terhadap suku Madura lebih mendalam daripada prasangka yang positif, kalau pun ada. Lagi pula unsur budaya suku Madura di bidang ekonomi yang lebih kuat ketimbang dalam kebu-dayaan suku Dayak membawa suku Madura pada tingkat dominan di atas suku Dayak. Suku Dayak merasa tidak senang di daerah asalnya sendiri didominasi oleh suku lain yang datang dari daerah lain. Sementara pada pihak suku Madura berpendapat bahwa masya-rakatnya memberi sumbangan be-sar pada perkembangan ekonomi umum, baik di Kalbar maupun di Kalteng. Tanpa kegiatan ekonomi suku Madura, ekonomi di kedua daerah itu tidak akan menjadi setinggi seperti sekarang.
Warga etnik Madura yang minoritas di tengah-tengah suku Dayak yang mayoritas dikenal sebagai pekerja keras sekaligus memiliki tingkat kesetiaan ke dalam (kelompok) yang kuat dan terus berusaha menggalang kekuatan sosial dalam identitas etnisnya yang kuat pula. Akan tetapi hal itu kurang diimbangi dengan upaya melakukan akulturasi dengan suku Dayak, sehingga di mata orang-orang Dayak orang-orang Madura lebih dilihat sebagai orang asing. Dalam konteks demikian, jika kita bertanya mengapa suku Dayak bermusuhan dengan suku penda-tang yang Madura saja dan tidak suku pendatang lainnya? Menurut Soemardjan (2001), karena suku-suku lain seperti Jawa, Bugis, Minangkabau, Batak, dan lain sebagainya pandai berakulturasi dengan suku Dayak, sehingga mereka dapat bekerjasama atau setidak-tidaknya berkoeksistensi dengan suku mayoritas itu. Suku Madura bersikap berbeda dengan akibat konflik. Di antara kedua suku itu (Dayak-Madura) timbul suasana konflik budaya. Semula bersifat laten (tertutup), tetapi lama-lama cukup kuat untuk meledak menjadi konflik manifest (terbuka) yang diwujudkan dengan interaksi yang berisikan permusuhan disertai keke-rasan yang tak terkendalikan.
Di samping itu, ada kecende-rungan orang-orang Dayak merasa bahwa orang-orang Madura tidak menghargai harkat martabat mere-ka sebagai manusia dan sebagai penduduk setempat, dan juga me-mandang sebelah mata adat-istiadat yang mereka junjung tinggi sebagai pedoman etika dan moral dalam kehidupan mereka. Orang-orang Madura telah memperoleh keun-tungan secara berlebihan (tanah-tanah pertanian dan kebun, rumah, monopoli kegiatan-kegiatan ekono-mi, jasa, dan bisnis, monopoli eksploitasi atas sumber-sumber da-ya alam yang ada) dengan cara-cara curang, ancaman, pemerasan, dan kekerasan berupa teror mental dan penyiksaan serta pembunuhan. Orang-orang Madura tidak pernah merasa bersalah terhadap warga masyarakat setempat maupun seca-ra umum adalah salah dan secara hukum juga melanggar ketentuan hukum.
Jarak keyakinan, corak ke-budayaan, dan karakteristik ma-sing-masing yang sangat jauh itu ditambah dengan stereotipe dan/ atau label negatif dari masing-masing etnik terhadap yang lain menjadi penopang semangat dan keberanian yang luar biasa kedua belah pihak ketika terjadi peristiwa-peristiwa tertentu yang dinilai mengusik sentimentalisme etnisitas mereka. Kenyataan itulah yang sesungguhnya menjadi akar masa-lah dalam kerusuhan demi keru-suhan dan konflik demi konflik antara etnik Dayak dengan etnis Madura baik di Kalteng maupun Kalbar.
Agaknya karena begitu kuat-nya citra negatif terhadap etnik Madura oleh etnik Dayak, telah membangkitkan rasa nasionalisme etnisitas masyarakat untuk mengu-sir orang-orang etnik Madura dari bumi Kalimantan Tengah. Pasca tragedi Sampit, Pangkalan Bun, dan Palangkaraya, lewat LMMDD-KT (Lembaga Musyawarah Masyarakat Masyarakat Dayak dan Daerah Kali-mantan Tengah), masyarakat etnik Dayak hampir tak memberikan sedikit pun peluang bagi orang-orang etnik Madura untuk kembali ke Kalteng. Kalau pun diperkenan-kan kembali, maka syarat-syarat yang ditentukan sangatlah berat. 
Dalam konteks stereotip etnis dan berbagai kekecewaan lainnya (misalnya di bidang ekonomi) dari orang-orang Dayak terhadap orang-orang Madura, maka hanya dengan latar pemicu yang sepele saja meledaklah kerusuhan dalam wajah konflik etnik Dayak-Madura di Sampit, Palangkaraya, dan Pangka-lan Bun, Kalteng pada awal 2001 itu, yang membawa ribuan korban nyawa dan terbanyak di pihak etnik Madura. Orang-orang Madura yang masih hidup baik yang tinggal di kota maupun yang tersebar di banyak desa di bumi Borneo itu terpaksa memilih lari keluar ber-amai-ramai karena jiwanya teran-cam, dan mereka itulah saat ini yang menjadi pengungsi di Pulau Madura.












2.5       Solusi untuk mengatasi Konflik Sampit
                a.       Menerjunkan satuan pengamanan dari POLRI  dan TNI ke lokasi kerusuhan.
Misalnya:
1.      Dengan memberikan seruan kepada semua pihak pertikaian.
2.      Mengadakan evakuasi para korban dan warga Madura kewilayah tetangga.
3.      Melaksanakan patroli dan menempatkan pasukan pada tempat yang rawan pertikaian.

b.      Melakukan tindakan persuasif dan preventif terhadap kelompok yang bertikai untuk mengantisipasi berkembangnya kerusuhan yang meluas.
Seperti mengeluarkan himbauan yang disampaikan media massa dan elektronik serta mobil keliling secara kontinyu.
c.       Meyakinkan Gubernur,para Bupati dan Camat di Kalimantan Tengah agar tidak mengambil jalan pintas memulangkan suku Madura kepulau Madura.
Karena warga Madura tinggal didaerah Kalimantan Tengah sudah sejak tahun 1930 apabila Pemerintah memulangkan suku Madura ke pulau Madura akan mengakibatkan kecemburuan social.
Konflik sampit ini selesai karena adanya kerendahan hati dari tokoh-tokoh Madura untuk memulai perdamaian dan terjadilah perjanjian perdamaian antara kedua suku apabila disalah satu pihak ada yang melanggar akan dikenakan sanksi hukum.
Untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai bentuk perdamaian dibuatlah Tugu Perdamaian sebagai tanda perdamaian antara kedua suku.  Tugu tersebut ditempatkan di bundaran Jl. Jend Sudirman Sampit-Pangkalan bun km 3.








BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Dari tragedi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perang sampit adalah tragedi kemanusiaan yang terjadi antara suku Dayak dan suku pendatang Madura yang pindah dengan tujuan melaksanakan sistem Transmigrasi yang di lakukan oleh Pemerintahan Belanda dalam proses pemerataan penduduk.
Suku Madura pindah ke Kalimantan Tengah dan meminjam tanah kepada suku Dayak sebagai tempat untuk tinggal.
Oleh karena itu, konflik ini jangan terulang kembali. Karena jika kembali terjadi akan merusak nilai-nilai kerukunan di Indonesia.

3.2        Saran
Sistem kekerabatan, rasa saling menghormati, menyayangi dan sikap toleransi harus lebih di tingkatkan lagi sesama warga di Indonesia, walaupun berbeda ras, suku dan agama demi mewujudkan Negara Indonesia yang aman, damai dan sesuai dengan semboyan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan “Bhineka Tunggal Ika.”