MAKALAH
“POTRET
MORAL GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI”
Penyusun :
Nama :
Dirga Alban
NPM :
11315978
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen : Emilianshah Banowo
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Potret moral
generasi muda di era globalisasi”.
Penulis menyadaro bahwa
makalah ini belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini,
dapat bermanfaat bagi penulis dan tentunya remaja Indonesia.
Depok, 10
November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moral............................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Etika.............................................................................................................. 3
2.3 Permasalahan pada generasi
muda saat ini...................................................................... 5
2.4 Faktor-faktor penyebab
kerusakan moral........................................................................ 6
2.5 Solusi untuk mengatasi penuurunan moral
dan etika pada generasi penerus.............. 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dahulu
Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan sopan
santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan
sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun hubungan antar
teman.
Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih banyak menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter.
Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih banyak menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter.
Hilangnya
moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan di seluruh
pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral remaja yang telah hilang
termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah yang telah mengancam bangsa ini.
Remaja yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
Remaja yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
Masalah utama memang tampak berada
di permukaan tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada moral
masyarakat Indonesia yang begitu remuk. Hal ini diibaratkan jika Indonesia
adalah sebuah kapal besar yang sedang mengarungi samudera nan luas, lalu kapal
Indonesia bocor dan air laut masuk hingga kapal terancam karam, tetapi sebagai
awak kapal serta anak buah kapal yang mengetahui kejadian ini malah tunggang
langgang berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu gotong royong
untuk memperbaiki kapal sehingga mampu melaju lagi diatas samudera. Hal inilah
yang menjadi hambatan besar yaitu yang berasal dari dalam Indonesia itu
sendiri, bahkan lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga negara
Indonesia. Krisis moral yang sangat berpengaruh untuk perkembangan Indonesia
kedepannya sekarang ini malah terkesan dikesampingkan oleh aparatur
pemerintahan. Hal ini akan mengakibatkan bangsa indonesai akan semakin terpuruk
dan dipandang rendah oleh bangsa lain. Karena dari generasi penerusnya saja
sudah tidak bermoral? Bagaimana bisa menjadi suatu bangsa yang baik? Itulah
yang menjadi permasalah sebenarnya bagi bangsa Indonesia.
Seperti yang di muat dalam pancasila
khususnya sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dari pernyataan ini
mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk hidup adil dan
beradap. Untuk mencapai masyarakat yang beradap di perlukan moral dan gaya
hidup yang baik. Moral dan gaya hidup bangsa Indonesia tercermin pada
perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai
generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Menurut Moetojib
(2008:01) langkah yang perlu diambil bangsa Indonesia menghadapi persoalan
bangsa pada era globalisasi dan memasuki usia ke-63 adalah melakukan
rekonstruksi moral secara total dengan membangun kembali karakter dan jati diri
bangsa (Nation and character building). Selain melakukan rekonstruksi moral
juga melakukan konsolidasi kebangsaan dengan melaksanakan langkah strategi
memperkuat komitmen kebangsaan dan bersama membangun ke Indonesia menuju masa
depan yang lebih baik. Dari pengamatan penulis terhadap gaya hidup dan kelakuan
remaja di lingkungan sekitar bahwa banyak remaja khususnya remaja putri yang
berpakaian seksi dan menggugah gairah seks lawan jenisnya. Serta banyak juga
pemuda yang membentuk gank dan sering kumpul di perempatan jalan sambil
minum-minuman keras sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Dari uraian diatas,
penulis berpendapat bahwa keadaan moral dan gaya hidup remaja Indonesia saat
ini telah telah mengalami kerusakan dan perlu di perbaiki lagi. Sebab gaya
hidup dan moral mereka sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa
Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Sehingga dari semua pihak yang terkait
perlu membantu demi kesadaran dan kebaikan generasi penerus kita.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan
masalah, antara lain adalah:
1. Apa itu moral
dan etika?
2. Apa
permasalahan yang terjadi saat ini pada generasi penerus?
3. Faktor apa
saja yang membuat mulai lunturnya moral dan etika generasi penerus?
4. Bagaimana
solusi untuk menindak lanjuti / mengatasi permasalahan ini?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah dibuat, maka dapat diambil beberapa penjelasan tentang tujuan penulisan makalah
ini, antara lain adalah:
1. Mengetahui makna dan penjelasan tentang moral
dan etika
2. Dapat memberi pengetahuan tentang masalah
yang ada di masyarakat atau kalangan remaja saat ini.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat
menjadikan lunturnya moral generasi penerus,
serta agar orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat menjadikan lunturnya
moral dan etka generasi penerus.
4. Mengerti
bagaimana solusi / cara untuk menindak lanjuti masalah lunturnya moral dan
etika generasi penerus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Moral
Istilah
Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’,
maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau
arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya
bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa
Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan
norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa
pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang tidak baik. Prinsip moral atau moral (dari bahasa Latin:
moralitas) membawa pengertian ajaran atau pegangan berkenaan dengan buruk baik
sesuatu perbuatan (kelakuan, kewajipan, dll), sikap atau cara berkelakuan yang
berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak. Ia merujuk
kepada konsep etika kemanusiaan yang digunakan dalam tiga konteks, iaitu: 1.
hati nurani individu; 2. sistem-sistem prinsip dan pertimbangan — kekadang
dipanggil nilai moral — yang dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan,
keagamaan, kesekularan atau kefalsafahan; dan 3. tatalaku atau prinsip moral
tingkah laku. Moral peribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau
tindakan yang betul dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan,
atau dikembangkan di dalam setiap orang perseorangan. ‘Moralitas’ (dari kata
sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya
ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas
adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk.
2.2 Pengertian Etika
Kata etik
(atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau
baik serta suatu tanggung jawab. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan
sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for
our control system“. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara
metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep
etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika). Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak. Tindakan manusia ini, ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma
ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma
sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma
agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma
sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal
dari etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti
sopan santun. Etika dibagi menjadi beberapa macam, antara lain adalah:
a) Etika
filososfis
b) Etika
teologis
c) Etika
sosiologis
d) Etika
normativ dan adaptif
Disini akan
disebutkan fungsi atau guna dari etika, adalah:
1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam
pergolakan berbagai pandangan moral yang
kita hadapi.
2. Etika membenatu agar kita tidak kehilangan
orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual
dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi
idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obeyktif.
4. Etika
membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan sehingga
tidak tertutup dengan perubahan zaman.
2.3 Permasalahan
pada generasi muda saat ini
Perubahan cepat
dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia,
terutama yang tinggal diperkotaan dan khususnya kelakuan remaja Indonesia.
Sebagaimana diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja
merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan
kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media merasa kaum remajalah yang tepat
menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan.
Seperti
diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya
masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa
sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh
negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan
remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada
remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut,
casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini,
remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan
sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.
Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja perempuan
cenderung tertanam dalam pandangan mereka jika perempuan menarik adalah
perempuan yang agresif dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja
mendapatkan VCD porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar porno,
membuat para remaja penasaran untuk mencobanya, malalui kehidupan seks bebas
atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan pemerkosaan. Di
samping itu juga, terdapat juga pemilik warung kecil terlihat menjajakan
“kondom”, pemilik warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi pembeli utama
adalah kaum remaja tidak terlepas dari kalangan lain.
Dalam
pada itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja diperkotaan sering terlihat
terdapat berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi melakukan sikap tidak
sesuai dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak
yang berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang
berjilbab pun patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan
yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai merosot.
Berdasarkan penjelasan / hasil wawancara pada ketua RT atau lingkungan
setempat, didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada
generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma
moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada
hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan
tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang
tidak baik. Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas
dari faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang
dapat menghambat atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja
dengan bimbingan dan arahan dari orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat
yang baik tidak hanya pada saat berkumpul bersama saja, namun di sela-sela
waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik. Seorang anak juga harusnya
dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan
pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja
agar tidak terbawa teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas
(negatif).
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan
Moral
Kerusakan moral saat ini sudah
sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Dan itu terjadi pada semua
level masyarakat. Anak-anak remaja hingga orang dewasa sudah banyak yang
terjangkit penyakit ini. Maraknya kenakalan dikalangan remaja; pergaulan bebas,
tawuran, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya merupakan bukti bahwa moral
remaja kita sudah rusak. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu meminta
dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Para wanita lebih senang pamer aurat dimuka
umum dan bergaul tanpa batas. Dengan alasan seni para artis dan media telah
meracuni masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Jika disebut satu
persatu secara rinci potret kerusakan moral masyarakat kita terlalu sempit
media ini untuk memuatnya. Tetapi hal itu dapat kita rasakan secara nyata
ditengah-tengah kehidupan kita. Kemajuan teknologi justru menambah cepatnya
virus ini menjalar ditengah masyarakat kita. Adapun faktor-faktor penyebab
terjadinya kerusakan moral adalah sebagai berikut :
1. Kemajuan teknologi, Dampak globalisasi teknologi memang
dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal
ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan moral. Perkembangan internet
dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak
di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di
akses di ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar
ketika ujian menggunakan hp untuk internet atau menanyakan kepada temannya
lewat sms. Hal tersebut memang sangat memudahkan tapi itu melatih adanya sifat
ketidakjujuran kepada mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari
kerusakan moral.
2. Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang,
terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun,
potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan
tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan
institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama
yang baik,maka apa berani dia memakan uang rakyat(Korupsi)?!
3. Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat
yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena
ada pengaruh buruk dari linkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan
pengaruh kurang baik dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat
kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman
sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah
terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang
buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di
lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
4. Hilangnya kejujuran. Berdasarkan laporan hasil
investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di
wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun
posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar
dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy
International.
5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. Sebelum bendungan
Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50
bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini
menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang
memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti
banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas
rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum.
Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral
tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan
masyarakat.
6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah
salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh,
pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka
tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002).
Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam
kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal
tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana.
7. Rendahnya Disiplin. Pada Sabtu, 9
Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS)
di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada
hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi setiap hari
kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP
No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS
dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini
masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter
bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.
8. Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan
di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis
persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus
tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat.
9. Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform
pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat
lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan
laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan
masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan
tertinggi.
10. Krisis Kepedulian Media massa beberapa waktu yang
lalu melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat
kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam
kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka
jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah
penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa
depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda
dan rencana para calon pemimpin bangsa.
2.5 Solusi untuk
mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri dapat dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampau masa remajanya dengan baik juga yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap remajanya.
2. Pihak sekolah
mendidik pelajar dengan tuntunan pelajaran yang berbasis agama serta lebih
mengedepankan intelektualitas yang berwawasan etika dan moral yang tinggi.
3. Adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya.
4. Kemauan orang
tua untuk membenahi kondisi keluarga sehimgga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dam nyaman bagi remaja.
5. Remaja
haruslah pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
6. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Secara
etimologis, pengertian moral dan etika pada hakikatnya adalah sama, kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan ,adat. Dengan kata lain,
kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata
‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan
hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin.
2. Krisis
moral telah melanda sebagian besar remaja Indonesia yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
3. Krisis
moral remaja Indonesia masih dapat diperbaiki dengan beberapa solusi yang
melibatkan individu remaja sendiri dan lingkungan.
4. Solusi
yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ( setidaknya meminimalkan) masalah
menurunnya moral dan etika generasi penerus adalah: Memilih teman pergaulan,
orang tua harus lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta lebih memberi
perhatian, diadakannya pembekalah moral dan akhlak, meningkatkan keimanan dan
ketakwaan, melakukan kegiatan yang bersifat positif.
3.2 Saran
1. Hendaknya bimbingan moral, etika dan kepribadian
dilakukan sejak dini melalui pendekatan keluarga, sehingga seorang anak setelah
menginjak dewasa, sudah mempunyai bekal yang cukup. Seperti pembekalan
bagaimana cara bersikap yang baik pada orang yang lebih tua serat unggah-ungguh
yang sesuai dengan norma yang berlaku.
2. Seorang
anak hendaknya dimaksukkan pada suatu tempat yang dalam lingkup pembekalan
rohani (seperti pengajian / TPQ) dan lain sebagainya agar lebih memantapkan
bekal ilmu agama.
3. Orang tua hendaknya selalu mengawasi pergaulan
anak-anaknya, serta memilih mana teman yang baik untuk pergaulan dan mana teman
yang diidentifikasi akan merusak moral buah hatinya.
4. Pemerintah hendaknya mencanangkan program
pendidikan nilai dan moral dalam sebuah kurikulum pendidikan, sehingga di lngkungan
sekolah tidak hanya mengenyam pendidikan-pendidikan umum, namun juga
mendapatkan pendidikan nilai dan moral.
5. Hendaknya ada kerjasama baik antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah guna mencetak generasi masa depan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment