Tuesday, 10 November 2015

“POTRET MORAL GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI



MAKALAH

“POTRET MORAL GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI”



­Penyusun         :

Nama             : Dirga Alban
NPM              : 11315978
Fakultas         : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan          : Teknik Sipil
Dosen            : Emilianshah Banowo



JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Potret moral generasi muda di era globalisasi”.
Penulis menyadaro bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Penulis  berharap semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi penulis dan tentunya remaja Indonesia.




Depok, 10 November 2015
                                                           

                                                                                                                            Penulis










DAFTAR ISI


Cover.............................................................................................................................................        i
Kata Pengantar..............................................................................................................................        ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN
      1.1   Latar Belakang................................................................................................................        1
      1.2   Rumusan Masalah...........................................................................................................        2
      1.3   Tujuan Penulisan.............................................................................................................        2

BAB II PEMBAHASAN
      2.1   Pengertian Moral.............................................................................................................        3
      2.2   Pengertian Etika..............................................................................................................        3
      2.3   Permasalahan pada generasi muda saat ini......................................................................        5
      2.4   Faktor-faktor penyebab kerusakan moral........................................................................        6
      2.5   Solusi untuk mengatasi penuurunan moral dan etika pada generasi penerus..............        8

BAB III PENUTUP....................................................................................................................        9
      3.1   Kesimpulan.....................................................................................................................        9
      3.2   Saran...............................................................................................................................        9














BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang

Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun hubungan antar teman.
Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih banyak menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter.

Hilangnya moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan di seluruh pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral remaja yang telah hilang termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah yang telah mengancam bangsa ini.
Remaja yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
Masalah utama memang tampak berada di permukaan tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada moral masyarakat Indonesia yang begitu remuk. Hal ini diibaratkan jika Indonesia adalah sebuah kapal besar yang sedang mengarungi samudera nan luas, lalu kapal Indonesia bocor dan air laut masuk hingga kapal terancam karam, tetapi sebagai awak kapal serta anak buah kapal yang mengetahui kejadian ini malah tunggang langgang berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu gotong royong untuk memperbaiki kapal sehingga mampu melaju lagi diatas samudera. Hal inilah yang menjadi hambatan besar yaitu yang berasal dari dalam Indonesia itu sendiri, bahkan lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga negara Indonesia. Krisis moral yang sangat berpengaruh untuk perkembangan Indonesia kedepannya sekarang ini malah terkesan dikesampingkan oleh aparatur pemerintahan. Hal ini akan mengakibatkan bangsa indonesai akan semakin terpuruk dan dipandang rendah oleh bangsa lain. Karena dari generasi penerusnya saja sudah tidak bermoral? Bagaimana bisa menjadi suatu bangsa yang baik? Itulah yang menjadi permasalah sebenarnya bagi bangsa Indonesia.

Seperti yang di muat dalam pancasila khususnya sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dari pernyataan ini mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk hidup adil dan beradap. Untuk mencapai masyarakat yang beradap di perlukan moral dan gaya hidup yang baik. Moral dan gaya hidup bangsa Indonesia tercermin pada perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Menurut Moetojib (2008:01) langkah yang perlu diambil bangsa Indonesia menghadapi persoalan bangsa pada era globalisasi dan memasuki usia ke-63 adalah melakukan rekonstruksi moral secara total dengan membangun kembali karakter dan jati diri bangsa (Nation and character building). Selain melakukan rekonstruksi moral juga melakukan konsolidasi kebangsaan dengan melaksanakan langkah strategi memperkuat komitmen kebangsaan dan bersama membangun ke Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Dari pengamatan penulis terhadap gaya hidup dan kelakuan remaja di lingkungan sekitar bahwa banyak remaja khususnya remaja putri yang berpakaian seksi dan menggugah gairah seks lawan jenisnya. Serta banyak juga pemuda yang membentuk gank dan sering kumpul di perempatan jalan sambil minum-minuman keras sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Dari uraian diatas, penulis berpendapat bahwa keadaan moral dan gaya hidup remaja Indonesia saat ini telah telah mengalami kerusakan dan perlu di perbaiki lagi. Sebab gaya hidup dan moral mereka sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Sehingga dari semua pihak yang terkait perlu membantu demi kesadaran dan kebaikan generasi penerus kita.

1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan beberapa rumusan masalah, antara lain adalah:
1. Apa itu moral dan etika?
2. Apa permasalahan yang terjadi saat ini pada generasi penerus?
3. Faktor apa saja yang membuat mulai lunturnya moral dan etika generasi penerus?
4. Bagaimana solusi untuk menindak lanjuti / mengatasi permasalahan ini?


1.3        Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat diambil beberapa penjelasan tentang tujuan penulisan makalah ini, antara lain adalah:

1.  Mengetahui makna dan penjelasan tentang moral dan etika
2.  Dapat memberi pengetahuan tentang masalah yang ada di masyarakat atau                       kalangan remaja saat ini.
3.  Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadikan lunturnya moral generasi   penerus, serta agar orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat menjadikan lunturnya moral dan etka generasi penerus.
4. Mengerti bagaimana solusi / cara untuk menindak lanjuti masalah lunturnya moral dan etika generasi penerus.

BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Pengertian Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. Prinsip moral atau moral (dari bahasa Latin: moralitas) membawa pengertian ajaran atau pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan, kewajipan, dll), sikap atau cara berkelakuan yang berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak. Ia merujuk kepada konsep etika kemanusiaan yang digunakan dalam tiga konteks, iaitu: 1. hati nurani individu; 2. sistem-sistem prinsip dan pertimbangan — kekadang dipanggil nilai moral — yang dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan, keagamaan, kesekularan atau kefalsafahan; dan 3. tatalaku atau prinsip moral tingkah laku. Moral peribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau tindakan yang betul dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan, atau dikembangkan di dalam setiap orang perseorangan. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

2.2       Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik serta suatu tanggung jawab. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system“. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini, ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti sopan santun. Etika dibagi menjadi beberapa macam, antara lain adalah:
a) Etika filososfis
b) Etika teologis
c) Etika sosiologis
d) Etika normativ dan adaptif
Disini akan disebutkan fungsi atau guna dari etika, adalah:
1.  Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan  moral yang kita hadapi.
2.  Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3.  Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obeyktif.
4. Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan zaman.
2.3       Permasalahan pada generasi muda saat ini

Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal diperkotaan dan khususnya kelakuan remaja Indonesia. Sebagaimana diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan.

Seperti diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman. Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja perempuan cenderung tertanam dalam pandangan mereka jika perempuan menarik adalah perempuan yang agresif dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar porno, membuat para remaja penasaran untuk mencobanya, malalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan pemerkosaan. Di samping itu juga, terdapat juga pemilik warung kecil terlihat menjajakan “kondom”, pemilik warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi pembeli utama adalah kaum remaja tidak terlepas dari kalangan lain.
Dalam pada itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja diperkotaan sering terlihat terdapat berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi melakukan sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai merosot. Berdasarkan penjelasan / hasil wawancara pada ketua RT atau lingkungan setempat, didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang tidak baik. Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja dengan bimbingan dan arahan dari orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat yang baik tidak hanya pada saat berkumpul bersama saja, namun di sela-sela waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik. Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).

2.4       Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Moral


Kerusakan moral saat ini sudah sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Dan itu terjadi pada semua level masyarakat. Anak-anak remaja hingga orang dewasa sudah banyak yang terjangkit penyakit ini. Maraknya kenakalan dikalangan remaja; pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya merupakan bukti bahwa moral remaja kita sudah rusak. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu meminta dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Para wanita lebih senang pamer aurat dimuka umum dan bergaul tanpa batas. Dengan alasan seni para artis dan media telah meracuni masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Jika disebut satu persatu secara rinci potret kerusakan moral masyarakat kita terlalu sempit media ini untuk memuatnya. Tetapi hal itu dapat kita rasakan secara nyata ditengah-tengah kehidupan kita. Kemajuan teknologi justru menambah cepatnya virus ini menjalar ditengah masyarakat kita. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan moral adalah sebagai berikut : 
1.      Kemajuan teknologi, Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di akses di ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar ketika ujian menggunakan hp untuk internet atau menanyakan kepada temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat memudahkan tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari kerusakan moral. 
2.      Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang baik,maka apa berani dia memakan uang rakyat(Korupsi)?! 
3.      Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena ada pengaruh buruk dari linkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula. 
4.      Hilangnya kejujuran. Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy International. 
5.      Hilangnya Rasa Tanggung Jawab.     Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat. 
6.      Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana. 
7.      Rendahnya Disiplin.      Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin. 
8.      Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat. 
9.      Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi. 
10.  Krisis Kepedulian Media massa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana para calon pemimpin bangsa. 
2.5       Solusi untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri dapat dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampau masa remajanya dengan baik juga yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap remajanya.

2. Pihak sekolah mendidik pelajar dengan tuntunan pelajaran yang berbasis agama serta lebih mengedepankan intelektualitas yang berwawasan etika dan moral yang tinggi.

3. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya.

4. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehimgga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dam nyaman bagi remaja.

5. Remaja haruslah pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.

6. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.



























BAB III

PENUTUP

3.1        Kesimpulan

1.      Secara etimologis, pengertian moral dan etika pada hakikatnya adalah sama, kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan ,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
2.      Krisis moral telah melanda sebagian besar remaja Indonesia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
3.      Krisis moral remaja Indonesia masih dapat diperbaiki dengan beberapa solusi yang melibatkan individu remaja sendiri dan lingkungan.
4.      Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ( setidaknya meminimalkan) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus adalah: Memilih teman pergaulan, orang tua harus lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta lebih memberi perhatian, diadakannya pembekalah moral dan akhlak, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, melakukan kegiatan yang bersifat positif.

3.2        Saran
1. Hendaknya bimbingan moral, etika dan kepribadian dilakukan sejak dini melalui pendekatan keluarga, sehingga seorang anak setelah menginjak dewasa, sudah mempunyai bekal yang cukup. Seperti pembekalan bagaimana cara bersikap yang baik pada orang yang lebih tua serat unggah-ungguh yang sesuai dengan norma yang berlaku.
 2. Seorang anak hendaknya dimaksukkan pada suatu tempat yang dalam lingkup pembekalan rohani (seperti pengajian / TPQ) dan lain sebagainya agar lebih memantapkan bekal ilmu agama.
3. Orang tua hendaknya selalu mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta memilih mana teman yang baik untuk pergaulan dan mana teman yang diidentifikasi akan merusak moral buah hatinya.
4. Pemerintah hendaknya mencanangkan program pendidikan nilai dan moral dalam sebuah kurikulum pendidikan, sehingga di lngkungan sekolah tidak hanya mengenyam pendidikan-pendidikan umum, namun juga mendapatkan pendidikan nilai dan moral.
5. Hendaknya ada kerjasama baik antara keluarga, masyarakat dan pemerintah guna mencetak generasi masa depan yang lebih baik.













No comments:

Post a Comment