Saturday, 30 September 2017

rencana campuran aspal




ANALISA RENCANA CAMPURAN ASPAL AC – BC MENGGUNAKAN MATERIAL SPLIT EX. PALU, PASIR EX. MAHAKAM DAN PASIR PUTIH EX. KUTAI LAMA DENGAN PENAMBAHAN ANTI STRIPPING
(ANTI PENGELUPASAN)








Disusun oleh:

Dirga Alban



























BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang

   Permasalahan yang terjadi pada perkerasan jalan raya di Indonesia saat ini adalah kerusakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas yang mengalami pertumbuhan sangat cepat melampaui kemampuan layan perkerasan jalan. Iklim yang terdapat di Indonesia, yaitu iklim tropis. Di mana temperatur udara menjadi cukup tinggi, adanya radiasi sinar matahari, curah hujan tinggi dan peningkatan volume serta beban lalu lintas yang cukup pesat mempengaruhi secara langsung kerusakan lapisan perkerasan tersebut, serta drainase yang belum dikelola dengan tepat dan proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. Selain itu, oknum pelaksana yang seringkali sengaja mengurangi kualitas sehingga tidak mampu berfungsi sesuai dengan umur rencana infrastruktur tersebut.

Metode - metode yang digunakan dalam menganalisa mengacu kepada SNI (Standar Nasional Indonesia) dan Spesifikasi Umum. Untuk mendapatkan hasil analisa yang sesuai dengan standart dan spesifikasi maka rancangan campuran aspal untuk membuat benda uji dibuat bervariasi, seperti mengkombinasikan pasir Mahakam dengan pasir putih Kutai Lama, kemudian campuran aspal dirancang tanpa penambahan anti stripping dan campuran dengan penambahan anti stripping.

1.2    Rumusan masalah
        
         Adapun yang dapat diambil dari rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh bahan tambah pasir terhadap kualitas aspal pada jalan?

1.3    Maksud dan Tujuan
  
   Maksud dari penelitian ini adalah  menganalisa rencana campuran aspal AC – BC dengan menggunakan material Split Ex. Palu, Pasir Ex. Mahakam, Pasir Putih Ex. Kutai Lama dan menganalisa campuran aspal tanpa penambahan anti stripping maupun dengan penambahan anti stripping. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas mutu campuran yang memenuhi standart  dan spesifikasi pada pengujian campuran aspal AC – BC menggunakan material Split Ex. Palu, Pasir Ex. Mahakam dan Pasir Putih Ex. Kutai Lama serta kualitas mutu campuran aspal tanpa penambahan anti stripping dan campuran dengan penambahan anti stripping.

1.4       Batasan masalah

   Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah Campuran aspal yang ditinjau adalah aspal AC – BC, material menggunakan Split Ex. Palu, Pasir Ex. Mahakam dan Pasir Putih Ex. Kutai Lama, aspal yang digunakan yaitu aspal pertamina penetrasi 60/70, parameter pengujian marshall pada campuran variasi I (tanpa penambahan anti stripping)  dan variasi II (dengan penambahan anti stripping), yang ditinjau adalah nilai stabilitas dan nilai stabilitas sisa marshall dengan kadar aspal optimum, tidak melakukan penelitian terhadap anti stripping (anti pengelupasan), rancangan campuran pada variasi II dengan penambahan anti stripping menggunakan kadar persentase yang dimulai dari 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,35%, 0,4% terhadap berat aspal.

















BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Aspal

            Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994). Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu campuran dari senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat,dan campuran tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2). Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap air.

2.1.1    Sumber Aspal

            Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumenm, yang dihasilkan dari minyak mentah melalui proses destilasi. Proses penyulingan dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil. Secara kualitatif, aspal terdiri dari senyawa asphaltenes dan Maltenes, sedangkan secara kuantitatif, Asphaltenes merupakan campuran kompleks dari hidrokarbon, terdiri dari cincin aromatik kental dan senyawa heteroaromatic mengandung belerang. Ada juga amina dan amida, senyawa oksigen (keton, fenol atau asam karboksilat), nikel dan 5 vanadium. Aspal merupakan senyawa kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsurunsur yang terkandung dalam bitumen, antara lain : Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%). Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin rendah. Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami tegangan regangan akan berakibat aspal menjadi mengeras sesuai dengan jalannya waktu.Semakin besar angka penetrasi aspal (semakin kecil tingkat konsistensi aspal) akan memberikan nilai modulus elastis aspal yang semakin kecil dalam tinjauan temperatur dan pembebanan yang sama. Terdapat bermacam – macam tingkat penetrasi aspal yang dapat digunakan dalam campuran agregat aspal, antara lain 40/50, 60/70, 80/100.




























BAB III

METODE

3.1       Metode

   Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode yang digunakan di Laboratorium UPTD Pemeliharaan Insfrastruktur PU Wilayah Tengah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur. Material split Palu, pasir Mahakam dan pasir putih Kutai Lama diambil langsung dari lokasi penumpukan.

Langkah – langkah penelitian untuk perencanaan campuran aspal AC-BC antara lain adalah persiapan bahan (agregat kasar, agregat halus), mengetahui keusan agregat menggunakan mesin Los Angeles, gradasi agregat terhadap masing – masing fraksi, mencari berat jenis  masing-masing agregat, persentase komposisi campuran dan pengujian benda uji dengan alat marshall.
  
Pemeriksaan agregat pada masing-masing fraksi meliputi pengujian abrasi atau keausan, pengujian berat jenis dan penyerapan, pengujian analisa saringan dan pengujian benda uji dengan alat marshall. Hasil uji dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Jenis Pengujian
Material
Keausan Agregat
( % )
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
&
SNI–2417-2008
Abrasi
Agregat Kasar Ex. Palu
19,30
Maks. 30%
Tabel 3.1 Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles
Sumber : Hasil pengujian, 2016









Pengujian Berat Jenis
Definisi Agregat
SNI-1969-2008
SNI-1970-2008
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
Coarse Agregat
Medium Agregat
Fine
Agregat
Sand Agregat
Selisih tidak boleh lebih dari 0,2 %
Bj. Bulk
(gr/cc)
2,659
2,643
2,525
2,550
Bj.SSD
(gr/cc)
2,709
2,686
2,573
2,602
Bj. Semu
(%)
2,798
2,761
2,653
2,690
Penyerapan
(%)
1,859
1,612
1,906
2,041
Maks. 3%
Tabel 3.2 Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
Sumber : Hasil pengujian, 2016


11
 











Hasil pembagian butir masing-masing fraksi agregat dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : Hasil pengujian, 2016



22


















Tabel 3.4 Resume hasil proporsi agregat dan gambar 3.2 Grafik hasil gradasi kasar agregat gabungan AC-BC
Sumber : Hasil pengujian, 2016

Perkiraan pemakaian kadar aspal awaluntuk campuran aspal AC-BC menggunakan cara dibawah ini :
Contoh perhitungan penentuan kadar aspal rencana
Pb   = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,018 (% FF) + Konstanta
= 0,035 x (100 – 53,27) + 0,045 x (53,27 - 12,41) + 0,018 x (1,68 ) +0,75
       = 4,63 ----- 4,50
       .
            Kadar aspal perkiraan setelah dibulatkan menjadi 4,50 % maka untuk membuat benda uji didapat persentase variasi kadar aspal 3,5%, 4,0%, 4,5%, 5,0%, 5,5 %. Pengujianmarshalldapatdilakukansetelahseluruh persyaratan material, berat jenis, penyerapan aspal dan perkiraan kadaraspal rencanatelah terpenuhi. Pengujianmarshallpada campuranaspal dilakukan untuk memperoleh nilai karakteristik marshall yang meliputi kepadatan,rongga udara di dalam campuran (VIM), rongga  dalam mineral agregat (VMA), stabilitas, flow dan angka perbandingan marshall quotient(MQ). Benda uji pertama tanpa penambahan anti stripping  sebagai variasi I, dan benda uji kedua dengan penambahan anti stripping  sebagai variasi II. Hasil pengujian marshall dan sisa marshall variasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


No.
Jenis Pengujian
Satuan
Kadar Aspal (%)
Spesifikasi
Umum 2010 (revisi 3)
3,5
4
4,5
5
5,5

1
Berat Isi
(gr/cm3)
2,241
2,272
2,283
2,328
2,327
-
2
VMA
(%)
16,543
15,813
15,866
14,645
15,132
Min. 14
3
VIM
(%)
10,914
8,987
7,891
5,371
4,721
Min. 3,0
Maks. 5,0
4
VFA
(%)
34,023
43,165
50,267
63,328
68,799
Min. 65
5
Stabilitas
(kg)
792,93
807,60
824,65
815,58
802,41
Min. 800
6
Flow
(mm)
3,05
3,17
3,15
3,10
3,18
Min. 3,0
7
MQ
(kg/mm)
259,98
255,03
261,79
263,09
252,07
Min. 250

Tabel 3.4 Hasil pengujian marshallvariasi I (tanpa penambahan anti stripping)












No
Jenis Pengujian
Satuan
Anti Stripping (anti pengelupasan)
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
0,2%
0,25%
0,3%
0,35%
0,4%
1
Kadar Aspal
(%)
3,5
4
4,5
5
5,5
2
Berat Isi
(gr/cm3)
2,297
2,310
2,330
2,335
2,442
-
3
VMA
(%)
14,445
14,406
14,126
14,379
15,050
Min. 14
4
VIM
(%)
8,760
7,467
5.986
5,075
4,630
Min. 3,0
Maks. 5,0
5
VFA
(%)
39,978
48,170
57,626
64,703
69,240
Min. 65
6
Stabilitas
(kg)
813,06
802,89
804,50
835,71
802,49
Min. 800
7
Flow
(mm)
3,22
3,18
3,17
3,32
3,20
Min. 3,0
8
MQ
(kg/mm)
252,76
252,22
254,05
251,97
250,78
Min. 250

















Tabel 3.5 Hasil pengujian marshallvariasi II (penambahan anti stripping)
Sumber: Hasil penelitian 2016


Dari hasil uji marshall yang telah dilakukan, kemudian dibuatlah grafik hubungan antara kadar aspal dengan parameter-parameter marshall, antara lain volume berat isi (density), stabilitas, flow, VMA, VIM, VFA, MQ. Pada masing-masing grafik parameter marshall tersebut diberi batasan spesifikasi.

1.     Parameter marshall variasi I (tanpa penambahan anti stripping).
 





































2.            Parameter marshall variasi II (dengan penambahan anti stripping).
   Parameter marshall pada rancangan variasi II (dengan penambahan anti stripping). Kadar pemakaian anti stripping dimulai dari 0,2%, 0,25% , 0,30% , 0,35%, 0,4%, terhadap berat aspal.
 






































  


Penentuan kadar aspal optimumdilakukanberdasarkan beberapa parameter nilaiberat isi (density), stabilitas,flow (pelelehan), VIM (rongga dalam campuran), VMA (rongga dalam agregat),VFA (rongga terisi aspal ), dan MQ (Marshall Quotient) .dengan cara memasukansemuahasiluji marshallkedalambentukgrafikbatang, setelahitudipilihrentang untuk kadar aspal yang  memenuhi  syarat marshall.
 



















Gambar3 Grafik penentuankadar                               Gambar 4 Grafik penentuan kadar
aspal optimum variasi I (tanpa penamba                   aspal optimum variasi II (dengan pena
han anti stripping)                                                      han anti stripping)


3.          Hasil uji marshall variasi I (tanpa anti stripping)     terhadap kadar aspal optimum
Hasil pengujian parameter marshall pada variasi I (tanpa penambahan anti stripping) didapat nilai kadar aspal optimum yaitu pada kadar 5,30%.  Benda uji yang dibuat dengan kadar aspal optimum 5,30% direndam didalam waterbath dengan suhu 60o C selama 30 menit dan 24 jam sebelum dilakukan uji marshall, hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini
.
Hasil pengujian marshallsisa variasi I (tanpa penambahan anti stripping) dengan kadar aspal optimum
No.
Jenis Pengujian
Satuan
Perendaman/ 60oC
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
24 Jam
30 Menit
1
Kadar Aspal
(%)
5,30
5,30

2
Berat Isi
(gr/cm3)
2,343
2,340
-
3
VMA
(%)
14,365
14,478
Min. 14
4
VIM
(%)
4,342
4,468
Min. 3,0
Maks. 5,0
5
VFA
(%)
69,774
69,142
Min. 65
6
Stabilitas
(kg)
851,08
783,60
Min. 800
7
Flow
(mm)
3,30
3,25
Min. 3,0
8
MQ
(kg/mm)
257,90
241,11
Min. 250











Tabel 3.7 Hasil pengujian marshallsisa variasi I (tanpa penambahan anti stripping) dengan kadar aspal optimum
Sumber: Hasil penelitian 2016

Hasil untuk nilai stabilitas marshall sisa pada variasi I (tanpa penambahan anti stripping)dengan kadar aspal optimum adalah :
                                                                   =      92,071 %

Stabilitas sisa marshall pada variasi I (tanpa penambahan anti stripping)dengan kadar aspal optimum perendaman selama 24 jam/60oC adalah 92,071 %.


4.          Hasil uji marshall variasi I (tanpa anti stripping) terhadap kadar aspal optimum
Hasil pengujian parameter marshall pada variasi II (dengan penambahan anti stripping) didapat nilai kadar aspal optimum yaitu pada kadar 5,0%. Untuk kadar anti stripping digunakan penambahan dengan kadar 0,35% terhadap berat aspal, kadar pemakaian anti stripping pada rancangan ini dilakukan dengan cara coba-coba.  Kemudian itu dibuat dibuat benda uji dan dilakukan perendaman benda uji didalam waterbath dengan suhu 60o C selama 30 menit dan 24 jam sebelum dilakukan uji marshall. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No.
Jenis Pengujian
Satuan
Perendaman
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
24 Jam
30 Menit
1
Kadar Aspal
(%)
5,00
5,00
-
2
Anti stripping
(%)
3,50
3,50
-
3
Berat Isi
(gr/cm3)
2,341
2,338
-
4
VMA
(%)
14,185
14,286
Min. 14
5
VIM
(%)
4,860
4,973
Min. 3
Maks. 5,0
6
VFA
(%)
65,736
65,193
Min. 65
7
Stabilitas
(kg)
882,54
834,51
Min. 800
8
Flow
(mm)
3,30
3,15
Min. 3,0
9
MQ
(kg/mm)
267,44
264,92
Min. 250
Hasil pengujian marshallsisa variasi II (dengan penambahan anti stripping) pada kadar aspal optimum.

Tabel 3.8 Hasil pengujian marshallsisa variasi II (dengan penambahan anti stripping) pada kadar aspal optimum.
Sumber: Hasil penelitian 2016

Hasil untuk nilai stabilitas marshall sisa pada variasi II (dengan penambahan anti stripping)dengan kadar aspal optimum adalah :
                                                                   =      94,558 %
Stabilitas marshall sisa pada variasi II (dengan penambahan anti stripping) dengan kadar aspal optimum perendaman selama 24 jam/60oCadalah 94,558 %.






















5.          Resume Hasil Pengujian Marshall Terhadap Kadar Aspal Optimum
Resume hasil pengujian marshall terhadap nilai stabilitas dan nilai stabilitas sisa marshall dengan kadar aspal optimum.


No
Jenis Pengujian
Satuan
Variasi I
Variasi II
Spesifikasi Umum 2010 (revisi 3)
1
Kadar anti stripping
%
-
0,35
0,2 – 0,4
2
Kadar aspal optimum
%
5,30
5,00
-
3
Stabilitas
kg
817,34
858,52
Min. 800
4
Stabilitas sisa marshall setelah perendaman selama 24 jam, suhu 60° C
%
92,071
94,558
Min. 90

Tabel 3.9 Resume hasil pengujian marshall terhadap nilai stabilitas dan nilai stabilitas sisa marshall dengan kadar aspal optimum.






























BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan

   Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di laboratorium dalam menganalisa campuran aspal AC-BC menggunakan material Ex.Palu, Pasir Ex.Mahakam dan Pasir Putih Ex.Kutai lama dengan penambahan anti stripping dapat ditarikkesimpulan bahwa material split Ex. Palu, Pasir Ex. Mahakam dan Pasir Ex. Kutai lama dapat memenuhi standar dan syarat spesifikasi sebagai bahan campuran aspal, baik pada campuran tanpa  penambahan anti stripping maupun campuran dengan penambahan anti stripping, hasil pengujian menunjukkan pada variasi I (tanpa penambahan anti stripping), dengan kadar aspal optimum 5,30 % telah memenuhi standar dan syarat Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010 dengan nilai stabilitas 817,34 kg dan nilai stabilitas sisa marshall 92,071%, pada variasi II (dengan penambahan anti stripping), dengan kadar aspal optimum 5,0 %dan kadar anti stripping0,35% telah memenuhi standar dan syarat Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010 dengan nilai stabilitas 858,52 kg dan nilai stabilitas sisa marshall 94,558 %.

4.2       Saran
   Adapun saran dalam penelitian ini antara lain, sebaiknya perlu dilakukan pengujian lanjutan pada uji analisa saringan dengan menggunakan kombinasi pada fraksi agregat kasar dan fraksi agregat halus menggunakan bahan dari daerah lain, perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan aspal pen 40/50, aspal pen 85/100, aspal pen 120/150 dan aspal pen 200/300, perlu dilakukan pengujian lanjutan pada campuran aspal menggunakan penambahan anti stripping dengan kadar persentase 0,3 % – 0,6 % terhadap berat aspal, pada penelitian selanjutnya terhadap campuran aspal AC-BC dengan penambahan anti stripping, dapat menggunakan jenis anti stripping lainnya seperti Derbo-401 UN 2735 atau jenis anti stripping lainnya.



No comments:

Post a Comment