Apa
itu LRT?
LRT,
atau kereta api ringan, akan dibangun di Jakarta dan menghubungkan Ibu Kota dan
kota-kota satelit seperti Bekasi dan Bogor.
"LRT
merupakan salah satu moda transportasi massal berbasis rel yang ramah
lingkungan. Pembangunannya dilakukan secara elevated di atas tanah ruang milik
jalan tol dan non-tol," kata Direktur PT Adhi Karya Kiswodarmawan dalam
siaran pers yang diterima Rappler.
Menurut
Kismodarmawan, hal tersebut memungkinkan pembebasan lahan seminimal mungkin
sekaligus mengoptimalkan lahan yang telah dimiliki oleh pemerintah.
PT
Adhi Karya Tbk adalah badan usaha yang ditunjuk untuk membangun prasarana LRT.
Mengapa
LRT, bukan monorel?
Gagasan
LRT Jakarta mulai muncul ketika Proyek Monorel Jakarta yang sempat diaktifkan
kembali pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI saat itu, Joko Widodo tersendat
pengerjaannya. Tersendatnya pekerjaan tersebut karena Pemprov DKI dan Gubernur
DKI penerus Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak akan mengabulkan
permintaan yang diajukan oleh PT Jakarta Monorail untuk membangun depo di atas
Waduk Setiabudi, Jakarta Selatan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebab,
hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian
PU-Pera) menyatakan bahwa jika depo dibangun di atas Waduk Setiabudi,
dikhawatirkan peristiwa jebolnya tanggul Latuharhari terulang kembali.
Ahok,
sapaan Basuki, lebih memilih untuk membangun Light Rail Transit (LRT)
dibandingkan monorel. Bahkan, Basuki telah mengungkapkan rencana pembangunan
ini kepada Presiden Joko Widodo.
Adhi
Karya yang semula berniat membangun jalur monorel Cibubur-Cawang-Grogol dan
Bekasi-Cawang, mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo untuk mengubah
konsep monorel menjadi LRT juga. Adapun alasan dibangunnya LRT karena lebih
mudah terintegrasi dengan moda lainnya (MRT dan KRL) daripada monorel yang
populasinya sedikit karena teknologinya tertutup.
Sejak
kapan proyek ini dicanangkan?
Dalam
pidato peresmiannya, Jokowi mengungkapkan dirinya telah menandatangani
Peraturan Presiden (Perpres) terkait percepatan proses proyek LRT pada 2
September 2015.
“Tanggal
2 September kemarin, saya sudah menandatangani proses percepatan LRT. Sekarang,
hari ini, tanggal 9 September 2015, enam hari setelah Perpres itu saya
tandatangani, kita sudah berkumpul di sini untuk memulai proyek,” kata Jokowi.
Payung
hukum yang pertama adalah Perpres No. 98 tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Ringan/Light Rail Transit (LRT) terintegrasi di Jakarta,
Bogor, Depok, dan Bekasi.
Yang
kedua, Perpres No. 99 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan
Perkeratapian Umum Di DKI Jakarta.
Menurut
Jokowi, dirinya saat menjadi gubernur DKI telah membahas usul ini bersama Wakil
Gubernur Ahok dan Dirut Adhi Karya Kismodarmawan pada akhir 2013.
Dari
mana dana konstruksi LRT berasal?
PT
Adhi Karya telah memperoleh persetujuan Penyertaan Modal Negara (PMN)
berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, senilai Rp 1,4 triliun.
Adhi
Karya juga telah memperoleh suntikan dana dari publik sebesar Rp 1,35 triliun.
Total
biaya untuk proyek LRT adalah Rp 23,8 triliun.
Berapa
harga tiket LRT?
Setelah
selesai dibangun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengambil alih
prasana LRT dari kontraktor Adhi Karya.
Menurut
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko, pengambilalihan
ini dilakukan agar masyarakat tak terbebani harga tiket yang tinggi.
Kemenhub
nantinya akan melelang penyediaan sarana LRT untuk pihak swasta, yang
dimaksudkan untuk menurunkan harga tiket menjadi Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per
orang.
“Paling
tidak tarifnya sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per penumpang,” kata
Hermanto.
Jika
pengoperasian ditanggung Adhi Karya, diperkirakan harga tiket LRT sekitar Rp
37.500 per orang.
Berapa
jumlah penumpang LRT?
Menurut
siaran pers yang diterima Rappler, LRT diperkirakan dapat mengangkut 24 ribu
penumpang per jam per arah setiap harinya.
Hal
ini, menurut Dirjen Kemenhub Hermanto, memungkinkan karena dalam satu rangkaian
LRT terdiri dari 3 unit gerbong dengan jumlah total sebanyak 60 set.
"Dalam
satu rangkaian terdiri dari tiga unit. Total ada 60 set. Ini untuk mengejar 2-3
menit kedatangan (kedatangan rangkai LRT ditargetkan setiap 2-3 menit
sekali)," kata Hermanto.
No comments:
Post a Comment