Tuesday 3 January 2017

LRT sebagai pengganti monorel



Apa itu LRT?


Image result for lrt jakarta

LRT, atau kereta api ringan, akan dibangun di Jakarta dan menghubungkan Ibu Kota dan kota-kota satelit seperti Bekasi dan Bogor.
"LRT merupakan salah satu moda transportasi massal berbasis rel yang ramah lingkungan. Pembangunannya dilakukan secara elevated di atas tanah ruang milik jalan tol dan non-tol," kata Direktur PT Adhi Karya Kiswodarmawan dalam siaran pers yang diterima Rappler.

Menurut Kismodarmawan, hal tersebut memungkinkan pembebasan lahan seminimal mungkin sekaligus mengoptimalkan lahan yang telah dimiliki oleh pemerintah.

PT Adhi Karya Tbk adalah badan usaha yang ditunjuk untuk membangun prasarana LRT.

Mengapa LRT, bukan monorel?

Gagasan LRT Jakarta mulai muncul ketika Proyek Monorel Jakarta yang sempat diaktifkan kembali pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI saat itu, Joko Widodo tersendat pengerjaannya. Tersendatnya pekerjaan tersebut karena Pemprov DKI dan Gubernur DKI penerus Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak akan mengabulkan permintaan yang diajukan oleh PT Jakarta Monorail untuk membangun depo di atas Waduk Setiabudi, Jakarta Selatan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebab, hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU-Pera) menyatakan bahwa jika depo dibangun di atas Waduk Setiabudi, dikhawatirkan peristiwa jebolnya tanggul Latuharhari terulang kembali.

Ahok, sapaan Basuki, lebih memilih untuk membangun Light Rail Transit (LRT) dibandingkan monorel. Bahkan, Basuki telah mengungkapkan rencana pembangunan ini kepada Presiden Joko Widodo.
Adhi Karya yang semula berniat membangun jalur monorel Cibubur-Cawang-Grogol dan Bekasi-Cawang, mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo untuk mengubah konsep monorel menjadi LRT juga. Adapun alasan dibangunnya LRT karena lebih mudah terintegrasi dengan moda lainnya (MRT dan KRL) daripada monorel yang populasinya sedikit karena teknologinya tertutup.

Sejak kapan proyek ini dicanangkan?

Dalam pidato peresmiannya, Jokowi mengungkapkan dirinya telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) terkait percepatan proses proyek LRT pada 2 September 2015.

“Tanggal 2 September kemarin, saya sudah menandatangani proses percepatan LRT. Sekarang, hari ini, tanggal 9 September 2015, enam hari setelah Perpres itu saya tandatangani, kita sudah berkumpul di sini untuk memulai proyek,” kata Jokowi.

Payung hukum yang pertama adalah Perpres No. 98 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Ringan/Light Rail Transit (LRT) terintegrasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.

Yang kedua, Perpres No. 99 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeratapian Umum Di DKI Jakarta.

Menurut Jokowi, dirinya saat menjadi gubernur DKI telah membahas usul ini bersama Wakil Gubernur Ahok dan Dirut Adhi Karya Kismodarmawan pada akhir 2013.

Dari mana dana konstruksi LRT berasal?

PT Adhi Karya telah memperoleh persetujuan Penyertaan Modal Negara (PMN) berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, senilai Rp 1,4 triliun.

Adhi Karya juga telah memperoleh suntikan dana dari publik sebesar Rp 1,35 triliun.

Total biaya untuk proyek LRT adalah Rp 23,8 triliun.

Berapa harga tiket LRT?

Setelah selesai dibangun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengambil alih prasana LRT dari kontraktor Adhi Karya.

Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko, pengambilalihan ini dilakukan agar masyarakat tak terbebani harga tiket yang tinggi.

Kemenhub nantinya akan melelang penyediaan sarana LRT untuk pihak swasta, yang dimaksudkan untuk menurunkan harga tiket menjadi Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per orang.

“Paling tidak tarifnya sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per penumpang,” kata Hermanto.

Jika pengoperasian ditanggung Adhi Karya, diperkirakan harga tiket LRT sekitar Rp 37.500 per orang.

Berapa jumlah penumpang LRT?

Menurut siaran pers yang diterima Rappler, LRT diperkirakan dapat mengangkut 24 ribu penumpang per jam per arah setiap harinya.

Hal ini, menurut Dirjen Kemenhub Hermanto, memungkinkan karena dalam satu rangkaian LRT terdiri dari 3 unit gerbong dengan jumlah total sebanyak 60 set.

"Dalam satu rangkaian terdiri dari tiga unit. Total ada 60 set. Ini untuk mengejar 2-3 menit kedatangan (kedatangan rangkai LRT ditargetkan setiap 2-3 menit sekali)," kata Hermanto.


No comments:

Post a Comment