Sunday 18 August 2019

Kegagalan struktur pada bangunan: Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong – Kalimantan Timur


Oleh: Dirga Alban (4TA06)
Teknik Sipil Universitas Gunadarma



Pada tugas kali ini, saya akan sedikit membahas sedikit tentang kegagalan struktur pada konstruksi jembatan. Jembatan kutai kartanegara, jembatan yang melintas di atas sungai Mahakam merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Secara keseluruhan panjang jembatan ini mencapai 710 meter, dengan bentang bebas, atau area yang tergantung tanpa penyangga, mencapai 270 meter. Jembatan ini dibangun sebagai sarana penghubung antara kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong sebrang yang menuju kota Samarinda. Jembatan ini dibangun mulai pada tahun 1995 dan selesai pada 2001, oleh kontraktor PT. Hutama Karya.

Kurang lebih 10 tahun kemudian, sebelum runtuh pada tanggal 26 November 2011, jembatan ini dinyatakan bergeser 15 cm (bagian puncak 2 tiang utama jembatan bergeser). Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 miiar untuk pemeliharaan Jembatan ini. PU mengakui jembatan bergeser sekitar 15 cm masih dalam batas toleransi dan tidak berdampak buruk. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengencengan baut-baut yang longgar, sementara yang rusak diganti. Dilanjutkan penyetelan kembali hanger (penggantungan kabel) jembatan.

Identifikasi penyeban runtuhnya jembatan yang dilakukan oleh tim LPPM UGM pada tanggal 27 November 2011 (sehari setelah kegiatan). Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan menunjukan bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya terjadi akibat kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertical yang menghubungkan dengan kabel utama.







Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung ini mengalami kegagalan diantaranya:
·        Kurang baiknya perawatan jembatan yang menyebabkan konstruksi alat penggantung kabel vertical tidak berfungsi dengan baik dan tidak terdeteksi kemungkinan adanya kerusakan dini.
·        Kelelahan pada bahan konstruksi alat penggantung kabel vertical akibat kesalahan desain dalam pemilihan bahan atau sering terjadi kelebihan beban rencana yang mempercepat proses terjadinya degradasi kekuatan.
·        Kualitas bahan konstruksi alat sambung kabel penggantung kek abel utama yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan standar perencanaan yang ditetapkan.
·        Kesalahan prosedur dalam perawatan konstruksi jembatan
·        Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik sipil dalam perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung harusnya lebih kuat daripada kabel penggantung yang disambungkan dalam kabel utama.
·        Kesalahan desain dalam menentukan jenis bahan/material untuk alat penyambung kabel kabel penggantung vertical yang dibuat dari besi tuang/cor atau kesalahan dalam menentukan jenis atau kapasitas kekuatan alat tersebut.

Dampak dari runtuhnya jembatan Mahakam II, yaitu:
·        Perekonomian terhambat karena jarak tempuh ke Tenggarong akan menjadi semakin lama
·        Runtuhnya jembatan Mahakam II ini membawa berkah untuk para pengusaha penyebrangan kapal, bagi masyarakat yang enggan memutar melewati palaran untuk bisa sampai tenggarong menggunakan jasa penyebrangan kapal motor dengan tariff 3000 rupiah untuk motor dan 15.000 untuk mobil.

Saran dari penulis terhadap kejadian ini, yaitu:
·        Sebaiknya pihak kontraktor melakukan peninjauan kembali pada material yang digunakan agar tidak terjadi penyalahan penggunaan material.
·        Sebaiknya dilakukan perawatan berkala pada bagian-bagian jembatan. Pengecekan harus lebih teliti lagi agar tidak terulang kejadian seperti ini lagi.
·        Pihak kontraktor lebih tegas lagi dalam penggunaan material, kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat dimakluimi seharusnya bisa ditindak lebih awal.
·        Pada perhitungan beban rencana jembatan seharusnya dilakukan kajian yang lebih terhadap kendaraan yang akan menyebrangi jembatan tersebut.


No comments:

Post a Comment