Oleh:
Dirga Alban (4TA06)
Teknik
Sipil Universitas Gunadarma
Pada
tugas kali ini, saya akan sedikit membahas sedikit tentang kegagalan struktur
pada konstruksi jembatan. Jembatan kutai kartanegara, jembatan yang melintas di
atas sungai Mahakam merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Secara
keseluruhan panjang jembatan ini mencapai 710 meter, dengan bentang bebas, atau
area yang tergantung tanpa penyangga, mencapai 270 meter. Jembatan ini dibangun
sebagai sarana penghubung antara kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong
sebrang yang menuju kota Samarinda. Jembatan ini dibangun mulai pada tahun 1995
dan selesai pada 2001, oleh kontraktor PT. Hutama Karya.
Kurang
lebih 10 tahun kemudian, sebelum runtuh pada tanggal 26 November 2011, jembatan
ini dinyatakan bergeser 15 cm (bagian puncak 2 tiang utama jembatan bergeser).
Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 miiar
untuk pemeliharaan Jembatan ini. PU mengakui jembatan bergeser sekitar 15 cm
masih dalam batas toleransi dan tidak berdampak buruk. Tindakan pemeliharaan
yang dilakukan yaitu pengencengan baut-baut yang longgar, sementara yang rusak
diganti. Dilanjutkan penyetelan kembali hanger (penggantungan kabel) jembatan.
Identifikasi
penyeban runtuhnya jembatan yang dilakukan oleh tim LPPM UGM pada tanggal 27
November 2011 (sehari setelah kegiatan). Berdasarkan fakta yang ditemukan di
lapangan menunjukan bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya terjadi
akibat kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertical yang
menghubungkan dengan kabel utama.
Ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung ini mengalami kegagalan
diantaranya:
·
Kurang baiknya perawatan jembatan yang menyebabkan
konstruksi alat penggantung kabel vertical tidak berfungsi dengan baik dan
tidak terdeteksi kemungkinan adanya kerusakan dini.
·
Kelelahan pada bahan konstruksi alat penggantung kabel
vertical akibat kesalahan desain dalam pemilihan bahan atau sering terjadi
kelebihan beban rencana yang mempercepat proses terjadinya degradasi kekuatan.
·
Kualitas bahan konstruksi alat sambung kabel
penggantung kek abel utama yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan standar
perencanaan yang ditetapkan.
·
Kesalahan prosedur dalam perawatan konstruksi jembatan
·
Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik
sipil dalam perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung harusnya
lebih kuat daripada kabel penggantung yang disambungkan dalam kabel utama.
·
Kesalahan desain dalam menentukan jenis bahan/material
untuk alat penyambung kabel kabel penggantung vertical yang dibuat dari besi
tuang/cor atau kesalahan dalam menentukan jenis atau kapasitas kekuatan alat
tersebut.
Dampak
dari runtuhnya jembatan Mahakam II, yaitu:
·
Perekonomian terhambat karena jarak tempuh ke
Tenggarong akan menjadi semakin lama
·
Runtuhnya jembatan Mahakam II ini membawa berkah untuk
para pengusaha penyebrangan kapal, bagi masyarakat yang enggan memutar melewati
palaran untuk bisa sampai tenggarong menggunakan jasa penyebrangan kapal motor
dengan tariff 3000 rupiah untuk motor dan 15.000 untuk mobil.
Saran dari penulis terhadap kejadian ini, yaitu:
·
Sebaiknya pihak kontraktor melakukan peninjauan
kembali pada material yang digunakan agar tidak terjadi penyalahan penggunaan
material.
·
Sebaiknya dilakukan perawatan berkala pada bagian-bagian
jembatan. Pengecekan harus lebih teliti lagi agar tidak terulang kejadian
seperti ini lagi.
·
Pihak kontraktor lebih tegas lagi dalam penggunaan
material, kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat dimakluimi seharusnya bisa
ditindak lebih awal.
·
Pada perhitungan beban rencana jembatan seharusnya
dilakukan kajian yang lebih terhadap kendaraan yang akan menyebrangi jembatan
tersebut.