Sunday 18 August 2019

Kegagalan struktur pada bangunan: Runtuhnya Jembatan Mahakam II, Tenggarong – Kalimantan Timur


Oleh: Dirga Alban (4TA06)
Teknik Sipil Universitas Gunadarma



Pada tugas kali ini, saya akan sedikit membahas sedikit tentang kegagalan struktur pada konstruksi jembatan. Jembatan kutai kartanegara, jembatan yang melintas di atas sungai Mahakam merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Secara keseluruhan panjang jembatan ini mencapai 710 meter, dengan bentang bebas, atau area yang tergantung tanpa penyangga, mencapai 270 meter. Jembatan ini dibangun sebagai sarana penghubung antara kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong sebrang yang menuju kota Samarinda. Jembatan ini dibangun mulai pada tahun 1995 dan selesai pada 2001, oleh kontraktor PT. Hutama Karya.

Kurang lebih 10 tahun kemudian, sebelum runtuh pada tanggal 26 November 2011, jembatan ini dinyatakan bergeser 15 cm (bagian puncak 2 tiang utama jembatan bergeser). Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 miiar untuk pemeliharaan Jembatan ini. PU mengakui jembatan bergeser sekitar 15 cm masih dalam batas toleransi dan tidak berdampak buruk. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengencengan baut-baut yang longgar, sementara yang rusak diganti. Dilanjutkan penyetelan kembali hanger (penggantungan kabel) jembatan.

Identifikasi penyeban runtuhnya jembatan yang dilakukan oleh tim LPPM UGM pada tanggal 27 November 2011 (sehari setelah kegiatan). Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan menunjukan bahwa jatuhnya truss jembatan beserta hangernya terjadi akibat kegagalan konstruksi pada alat sambung kabel penggantung vertical yang menghubungkan dengan kabel utama.







Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan alat sambung ini mengalami kegagalan diantaranya:
·        Kurang baiknya perawatan jembatan yang menyebabkan konstruksi alat penggantung kabel vertical tidak berfungsi dengan baik dan tidak terdeteksi kemungkinan adanya kerusakan dini.
·        Kelelahan pada bahan konstruksi alat penggantung kabel vertical akibat kesalahan desain dalam pemilihan bahan atau sering terjadi kelebihan beban rencana yang mempercepat proses terjadinya degradasi kekuatan.
·        Kualitas bahan konstruksi alat sambung kabel penggantung kek abel utama yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan standar perencanaan yang ditetapkan.
·        Kesalahan prosedur dalam perawatan konstruksi jembatan
·        Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik sipil dalam perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung harusnya lebih kuat daripada kabel penggantung yang disambungkan dalam kabel utama.
·        Kesalahan desain dalam menentukan jenis bahan/material untuk alat penyambung kabel kabel penggantung vertical yang dibuat dari besi tuang/cor atau kesalahan dalam menentukan jenis atau kapasitas kekuatan alat tersebut.

Dampak dari runtuhnya jembatan Mahakam II, yaitu:
·        Perekonomian terhambat karena jarak tempuh ke Tenggarong akan menjadi semakin lama
·        Runtuhnya jembatan Mahakam II ini membawa berkah untuk para pengusaha penyebrangan kapal, bagi masyarakat yang enggan memutar melewati palaran untuk bisa sampai tenggarong menggunakan jasa penyebrangan kapal motor dengan tariff 3000 rupiah untuk motor dan 15.000 untuk mobil.

Saran dari penulis terhadap kejadian ini, yaitu:
·        Sebaiknya pihak kontraktor melakukan peninjauan kembali pada material yang digunakan agar tidak terjadi penyalahan penggunaan material.
·        Sebaiknya dilakukan perawatan berkala pada bagian-bagian jembatan. Pengecekan harus lebih teliti lagi agar tidak terulang kejadian seperti ini lagi.
·        Pihak kontraktor lebih tegas lagi dalam penggunaan material, kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat dimakluimi seharusnya bisa ditindak lebih awal.
·        Pada perhitungan beban rencana jembatan seharusnya dilakukan kajian yang lebih terhadap kendaraan yang akan menyebrangi jembatan tersebut.


Friday 11 January 2019

makalah pembangunan


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
            Pembangunan adalah salah satu program pemerintah dalam memakmurkan masyarakatnya. Sejak awal Orde baru hingga saat ini pembangunan selalu menjadi fokus utama dalam program pemerintah, baik itu pembangunan dalam bentuk fisik maupun pembangun dalam bentuk non fisik. Dalam pembangunan yang berbentuk fisik yang salalu menjadi pleaning bagi pemerintah baik itu pemerintah pusat, propinsi maupun daerah adalah pembangunan dalam hal material yang diantaranya adalah pembangunan infrastruktur jalan dan yang paling penting adalah pembangunan rumah bagi masyarakat. Hal tersebut tercermin dalam visi dan juga misi pemerintah yaitu pembangunan Perumahan bagi masyarakatPerumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Namun dari program pembangunan  perumahan tersebut tidak selalu mendapat dampak yang positif bagi masyarakat tetapi juga dampak negatifnya.
Kondisi pembangunan perumahan di perkotaan yang sangat pesat cenderung untuk tidak mempertimbangkan faktor konservasi lingkungan dengan meminimalkan ruang terbuka hijau. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan dengan meningkatnya suhu udara di perkotaan, serta pencemaran udara. Sumber pencemaran udara di kota besar Indonesia terutama disebabkan kegiatan transportasi, permukiman, persampahan dan industri.
Dengan keberadaan perumahan-perumahan ini dan pengaruhnya bagi pembentukan pola pikirmasyarakat setempat sendiri masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Banyak para peneliti yang mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan perumahan ini menjadi pemicudiskriminasi antara warga sekitar. Namun tidak sedikit pula peneliti yang mengatakan bahwadengan adanya perumahan ini memberi dampak yang positif bagi pembentukan pemikiran warga yang ikut memodernisasikan kehidupan mereka. Oleh karena itulah maka penulis merasa terketuk hatinya dengan banyaknya fenomena seperti ini, dan merasa tertarik untuk mengkaji dan menyusun makalah yang berjudul “Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Lingkungan Alam Dan Sosial” ini.

1.2       Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan makalah ini. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah “Bagaimana Dampak Dari Pembangunan Perumahan Bagi Lingkungan Alam Dan Sosial?”. Untuk memudahkan dan mengarahkan dalam pembahasan, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.        Apa yang dimaksud dengan pembangunan perumahan?
2.        Bagaimana dampak dari pembangunan perumahan terhadap lingkungan alam dan sosial masyarakat?
3.        Bagaimanakah Teori dan kebijakan dalampembangunan perumahan?

1.3              Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun yang menjadi tujuan umumnya yaitu bermaksud untuk memperoleh informasi mengenai Dampak dari pembangunan perumahan bagi lingkungan alam dan sosial. Sedangkan tujuan khusus dari makalahini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui arti dari pembangunan perumahan.
2.        Untuk mengetahui dampak dari pembangunan perumahan terhadap lingkungan alam dan sosial masyarakat.
3.        Untuk mengetahui Teori dan kebijakan dalam pembangunan perumahan.


1.4              Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun yang membacanya. Bagi penulis sendiri sebagai sarana untuk memperluas ilmu, wawasan serta pengalaman dalam melakukan suatu penulisan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai landasan awal untuk penulisan selanjutnya. Bagi pembaca dapat memberikan informasi mengenai Dampak dari pembangunan perumahan bagi lingkungan sosial . Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah, dapat memperkaya referensi tentang penulisan sejarah. Dan lebih luasnya bagi Universitas Pendidikan Indonesia, sebagai pelengkap dalam memperkaya khasanah keilmuan dan melengkapi kepustakaan karya tulis ilmiah.

1.5       Metode dan Teknik Penulisan
Metode sejarah menurut Gottschalk (1985: 32) adalah proses kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metodologi sejarah merupakan suatu keseluruhan metode-metode, prosedur, konsep kerja, aturan-aturan dan teknik yang sistematis yang digunakan oleh para penulis sejarah atau sejarawan dalam mengungkapkan peristiwa sejarah. Dalam metodologi penelitian sejarah, terdapat beberapa tahapan diantaranya: pertama, heuristik yaitu merupakan tahap awal dalam penulisan sejarah seperti mencari, menemukan dan mengumpulkan fakta-fakta atau sumber-sumber. Kedua, kritik yaitu suatu proses menyelidiki serta menilai secara kritis terhadap sumber data yang diperoleh, penilaian terhadap sumber-sumber itu meliputi dua aspek yakni kritik intern dan kritik ekstern. Ketiga, interpretasi yaitu penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah aufassung. Tahap keempat, historiografi yaitu pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disusun menjadi satu kesatuan yang utuh.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah dengan studi kepustakaan, sebagai langkah awal penulis mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber atau literatur. Baik dari buku, internet, dan berbagai sumber lainnya yang relevan dengan topik kajian yang dibahas, sehingga diharapkan bisa memperkaya isi dari karya ilmiah ini. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain, sehingga diperoleh data-data yang penulis anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk karangan deskriptif-naratif berupa penulisan makalah ini.

1.6       Sistematika Penulisan
Bab I  Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang terbagi menjadi beberapa permasalahan dan pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penulisan sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan tekhnik penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan/Isi, yaitu membahas mengenai bab hasil penulisan tentang “Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Lingkungan Alam Dan Sosial”.
Bab III Penutup, berisi mengenai kesimpulan daripembahasan pada bab isi dan hasil analisis yang penulis lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan mengenai Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Lingkungan Alam Dan Sosial, sesuai dengan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penulisan makalah ini.









BAB II
DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT

            “Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan pemukiman adalah agar seluruh rakyat Indonesia dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur. (Siswono, 1991Perumahan dan permukiman memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal inipun tidak terlepas pada masyarakat Indonesia khususnya. Bagi masyarakat Indonesia, rumah merupakan cerminan dari pribadi manusianya, baik itu secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya.
Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah isu utama yang selalu mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Hal ini selalu menjadi isu utama yang selalu menjadi primadona sejak dari jaman dahulunya hingga sekarang ini. Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah permasalahan yang berlanjut dan bahkan akan terus meningkat, seirama dengan pertumbuhan penduduk, dinamika kependudukan dan tuntutan-tuntutan sosial ekonomi yang semakin berkembang. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, salah satu ciri dari negara yang sedang berkembang itu adalah tingginya angka pertambahan penduduk. Konsekuensi logis dari pertambahan penduduk ini adalah semakin tingginya juga kebutuhan akan perumahan untuk penduduk tersebut.  Meningkatnya penduduk merupakan isyarat yang sama akan pemenuhan akan sarana hunian mereka.
            Dalam pembangunan nasional yang kita laksanakan sejak Pelita I, kita menghadapi berbagai permasalahan. Salah satu faktor dinamis terpenting yang menjadi permasalahan pembangunan nasional kita adalah kependudukan. Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan faktor utama yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Pesatnya angka pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan menyebabkanpermasalahan ini semakin pelik dan serius. Permasalahan kependudukan dewasa ini tidak hanya menjadi isu pada kota-kota dipulau jawa, tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai memperlihatkan gejala yang hampir serupa. Meningkatnya arus urbanisasi serta semakin lebarnya jurang pemisah antara kota dan desa merupakan salah satu pemicu permasalahan kependudukan ini
Pada waktu penduduk belum begitu banyak, masalah perumahan bukanlah menjadi masalah yang merisaukan. Manusia masih dapat membangun rumahnya dengan leluasa karena tanah masih banyak. Akan tetapi pada masa sekarang, dimana terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) secara besar-besaran mengakibatkan perumahan menjadi masalah yang cukup serius. Hal ini disebabkan karena tanah yang tersedia untuk pemukiman semakin lama menjadi semakin sempit, kurang tersedianya tanah yang siap dibangun dan terus meningkatnya harga tanah serta kesulitan-kesulitan dalam proses pembebasan tanah untuk perumahan, kebijaksanaan mengenai tata guna tanah di daerah perkotaan (Urban and policy) yang masih belum didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai. Sehingga sekarang banyak lahan desa yang dijadikan sebagai perumahan karena minimnya lahan kosong tersebut di daerah perkotaan. Hal inipun membawa dampak tersendiri, baik terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya termasuk pengaruh kehadiran pembangunan perumahan ini terhadap pola pemikiran masyarakat di sekitarnya.
Perumahan dan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan dasar setiap keluarga dalam masyarakat Indonesia, yang dicita-citakan dan merupakan faktor yang sangat penting dalam peningkatan stabilitas sosial, dinamika dan produktivitas masyarakat. Disamping itu, pembangunannya sendiri dapat memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Dalam struktur kelembagaan Pemerintahan Pusat dan Daerah, tugas dan wewenang yang menyangkut berbagai aspek permasalahan pokok yang menyangkut pembangunan perumahan, baik teknis, manajemen maupun sosial budaya terdapat pada berbagai Departement/Direktorat Jenderal/Instansi, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem kordinasi yang efektif.
Dengan berdirinya perumahan-perumahan tersebut tentu akan membawa dampak dan perubahan bagi lingkungan sekitarnya, berikut akan dijelaskan mengenai dampak pembangunan perumahan baik terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial, dan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitarnya serta kaitannya dengan teori pembangunan perumahantersebut.
2.1. Landasan Teoritis Pengertian Pembangunan Perumahan
Salah satu kebutuhan dasar hidup manusia adalah perumahan. Pembangunan perumahan berperan sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi keberlangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menempatkan jati dirinya.
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per­ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasas­mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Sedangkan pengertian perumahan menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina (2006:29), perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Berdasarkan pertunjuk perencanaan kawasan perumahan kota (Departemen Pekerjaan Umum, 1987:4) lingkungan perumahan adalah sekelompok rumah-rumah dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya. Dengan demikian deinisi perumahan atau tempat tinggal bukan semata-mata hanya masalah arti atau penampilan fisik, tetapi berkaitan dengan kegunaannya yang bersifat non material antara lain yang pokok adalah kemudahan baik sosial maupun ekonomi, jaminan keamanan terhadap pemilik rumah atau lingkungannya.
Perumahan (Housing) adalah tempat (Ruang) dengan fungsi dominan untuk tempat tinggal. Untuk pengertian secara lebih lanjut, Perumahan dapat diartikan dari beberapa elemen dari perumahan, yaitu :
a.       Shelter ; Perlindungan terhadap gangguan eksternal (alam, binatang), dsb.
b.      House ; Struktur bangunan untuk bertempat tinggal.
c.       Housing ; Perumahan, hal hal yang terkait dengan aktivitas bertempat tinggal (membangun, menghuni).
d.      Human Settlement ; Kumpulan (agregat) rumah dan kegiatan perumahan (permukiman).
e.       Habitat ; lingkungan kehidupan (tidak sebatas manusia).
Menurut Doxiadis, Permukiman (Human Settlement) akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa hal yaitu : Alam (Nature), manusia (Man), kehidupan sosial (Society), ruang (Shell), dan hubungan (Network). Rumah adalah keperluan yang perlu ada bertujuan untuk dijadikan sebagai tempat berlindung dan merupakan keperluan peringkat ke dua yang mesti dicapai untuk tujuan keselamatan sebelum keperluan-keperluan dalam peringkat yang lebih tinggi dipenuhi, rumah sebagai keperluan diri dan keluarga.
Perumahan bukan hanya merupakan tempat lindung bagi masyarakat, tetapi perumahan merupakan salah satu faktor penentuperkembangan masyarakat yang menempatinya.Perumahan sebagai pemenuhan fungsi badan sosial sering kali terbentur dengan masalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, perlengkapan fasilitas kesehatan, perbedaan kebudayaaan antar masyarakatnya, serta penyediaan tempat rekreasi bagi para penghuninya yang ada akhirnya akan menjadi salah satu faktor penghambat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat perumahan yang disebutkan dalam undang-undang. Permasalahan lain yang dapat dilihat secara langsung dalam dinamika kehidupan masyarakat perumahan adalah penyediaan rumah dan sarana dan prasarana perumahan itu sendiri. Adapun sistem pembangunan perumahan dan pemukiman di desa atau diperbatasan antara desa dan kota dan di daerah perkotaan jelas nampak perbedaan.
Kebutuhan perumahan bagi penduduk perkotaan di Indonesia saat ini pada umumnya dilaksanakan secara informal yang mencapai 85% dari total pembangunan rumah, sisanya sebesar 15% dilaksanakan secara formal oleh pemerintah melalui Perum Perumnas, swasta terutma melalui Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) dan koperasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelaku pembangunan perumahan terdiri dari swasta yang diwakili oleh para pengembang anggota REI, pemerintah diwakili oleh Perumnas dan masyarakat yang diwakili oleh koperasi.
Mengacu pada pendapat bahwa perumahan sesungguhnya berkaitan erat dengan industrialisasi, aktivitas ekonomi, dan pembangunan, di perumahan terjadiperkembangan aktivitas ekonomi yang selanjutnya akan berdampak terhadap pembangunan perumahan itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan dari tahun ke tahun khususnya dalam bidang perdagangan, berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat perumahan. Kemajuan kesejahteraan kemudahaan alat transportasi dan kemajuan sarana pendidikan serta interaksi yang terjadi antar masyarakat, baik sesama masyarakat perumahan maupun masyarakat sekitar perumahan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat perumahan dan masyarakat sekitar yang akhirnya akan menimbulkan suatu perubahan sosial dan ekonomi.
2.2              Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Lingkungan Sekitar
Pembangunan merupakan suatu usaha pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menigkatkan harkat serta martabat masyarakat. Disamping kontribusinya dalam usaha menanggulangi masalah penyebaran penduduk, perkembangan yang terjadi dalam lingkungan perumahan yang mencakup berbagai bidang kehidupan mangakibatkan munculnya permasalahan, baik masalah internal maupun masalah ekternal yaitu dampak dari perumahan bagi masyarakat di luar perumahan dan lingkungan alam sekitarnya.
Permasalahan yang timbul dalam lingkungan perumahan mencakup beberapabidang kehidupan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial, seperti kesenjangan sosial yang menonjol dalam kalangan masyarakat perumahan yang berimbas terhadap kurang terintegrasinya masyarakat perumahan, penggunanan lahan yang tidak semestinya yang dapat mengurangi keindahan dan tata guna lahan, serta penggunaan unit yang tidak sesuai dengan fungsinya. Kerusakan jalan yang tergenang air jika musim hujan merupakan dampak dari adanya peningkatan jumlah penduduk perumahan.

2.2.1.      Dampak Terhadap Lingkungan Alam
            Manusia dan alam lingkungannya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling berinteraksi, dimana interaksi akan berpengaruh pada tingkah laku manusia. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik, yaitu alam sekitar baik yang alamiah maupun yang dibuat oleh manusia, dan lingkungan sosial budaya. Melalui interaksinya dengan ketiga lingkungannya ini barulah seorang manusia dapat disebut sebagai manusia yang lengkap.
Dengan adanya pembangunan perumahan tidak saja membawa dampak positif bagi kemajuan suatu daerah tetapi juga membawa dampak negatif yang secara tidak langsung dirasakan akibatnya oleh warga setempat. Hal ini dikarenakan bahwa bayaknya perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek perumahan tidak memerhatikan aspek-aspek lingkungan mereka yang tinggal di sekitar perumahan tersebut melainkan perusahaan kontraktor ini lebih memperhatikan pada aspek-aspek fasilitas yang ada di dalam lingkungan perumahan itu sendiri, sehingga akibat dari itu semua  banyak warga yang tinggal di sekitar lingkungan perumahan tersebut merasa dirugikan, contohnya adalah warga yang tinggal di sekitar lingkungan perumahan dilanda kebanjiran dimana itu semua bisa terjadi karena pihak deploper perumahan tersebut kurang memperhatikan saluran air dan juga kurang memperhatikan antara jumlah volume air seiring dengan semakin bertambah padatnya daerah tersebut.
Dengan adanya perumahan terdapat beberapa dampak negatif terhadap warga masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan perumahan, salah satu dampak negatif dari keberadaan perumahan tersebut adalah lahan pertanian yang secara perlahan lahan terus berkurang, artinya bahwa dengan keberadaan perumahan tersebut dimana awalnya tanah yang menjadi kapling dari perumahan itu sendiri adalah merupakan lahan pertanian dari warga setempat. Selain itu adanya polusi udara, artinya bahwa dengan dibangunnnya perumahan secara perlahan-lahan daerah tersebut semakin panas, hal ini di karenakan bahwa lahan–lahan yang dulunya merupakan lahan penghijauan banyak ditanami pohon-pohon yang menghasilkan udara sejuk harus ditebangin hanya karena proyek perumahan.
Dalam setiap tahapan pembangunan hendaknya selalu diperhatikan dampak yang mungkin terjadi dari setiap proses, AMDAL sebagai salah satu instrumen dalam setiap pembangunan, khususnya pembangunan perumahan. Secara formal konsep Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berasal dari undang-undang NEPA 1969 di Amerika Serikat. Dalam undang-undang ini AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan timbul oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan. Di Indonesia, mengenai  AMDAL tertera dalam pasal 16 Undang-Undang no. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diharapkan dengan penerapan AMDAL dalam pembangunan perumahan ini dapat meminimalisir jumlah kerusakan yang diakibatkan atas pembangunan perumahan tersebut terhadap lingkungan alam sekitarnya. 
2.2.2.      Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Lingkungan Sosial
            Disamping permasalahan internal yang dialami oleh masyarakat perumahan, keberadaan perumahan ini juga memberikan dampak dalam berbagai segi kehidupan, baik sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar. Dalam bidang ekonomi, keberadaan perumahan merupakan sebab utama peralihan mata pencaharian penduduk dari segi agraris ke non agraris. Mata pencaharian penduduk sekitar berorientasi  pada pertanian, namun setelah dibangunnya perumahan mata pencaharian dari pertanianberubah ke non-pertanian.
            Secara garis besar dapat dirinci mengenai berbagai permasalahan dan dampak sosial yang terjadi pada kegiatan pembangunan perumahan adalah :
a)    Terjadinya proses marjinalisasi, yaitu peminggiran secara sistematis masyarakat petani karena beralih ke sektor usaha non pertanian dengan semakin terbatasnya lahan.
b)   Terjadinya kesenjangan sosial yang menonjol dalam kalangan masyarakat perumahan dan warga sekitarnya.
            Selain dampak negatif yang disebutkan diatas, terdapat pula dampak positif dari pembangunan perumahan tersebut. Hal ini ini bisa dilihat dari sarana dan prasarana yang semakin lengkap jika dibandingkan dengan sebelumnya, seperti misalnya adanya supermarket, rumah sakit dan sekolah-sekolah. Dampak lain yang ditimbulkan adalah dengan adanya pembangunan perumahan sangat berdampak pada pemikiran masyarakat setempat dimana sebelumnya pola pemikiran masyarakat masih bersifat primitif namun setelah adanya pembangunan perumahan tersebut maka pemikiran masyarakat juga ikut berubah menjadi lebih modern, hal ini di karenakan banyaknya pendatang yang tinggal di perumahan tersebut terdiri dari berbagai golongan dan juga etnis yang berbeda beda.
            Hal ini tidak menutup kemungkinan mempengaruhi sifat dari masyarakat setempat, baik dengan sifat positifnya maupun negtifnya. Seperti sifat serikat bersama yang perlahan mulai berkurang, artinya bahwa dengan banyaknya para pendatang yang datang dengan berbagai latarbelakang masing-masing juga ikut mempengaruhi sekaligus membawa sifat masyarakat /warga asli menjadi lebih terbuka, melek ilmu pengetahuan dan teknologi, egois, individualistik, dan lain sebagainya. Juga ikut berkontribusi mempengaruhi lifestyles atau gaya hidup dari masyarakat sekitar perumahan, seperti cara berpakaian atau berbahasa. Sedangkan gaya hidup merupakan bagian dari kebudayaan, sementara kebudayaan merupakan fakta sosial.Disinilah arus globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan pembangunan perumahan tersebut. Pembangunan perumahan itu sendiri merupakan salah satu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat bersama pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1974:21). Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mensejahterakan kehidupan warga negaranya.
       Salah satu contohnya yaitu perumahan yang berada di Bumi Rancaekek Kencana, dengan adanya pembangunan perumahan disini, ikut berkontribus dalam memajukan masyarakat di sekiar perumahannya, salah satu aspeknya adalah mengenai pendidikan, setelah adanya pembangunan perumahan ini lembaga pendidikan dan lulusannya menjadi meningkat dibandingkan dengan sebelum adanya pembangunan perumahan di wilayah tersebut. Merujuk pada pernyataan diatas, jika kita hubungkan dengan pembangunan perumahan maka disini arus globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan pembangunan perumahan tersebut. Dengan masuknya penghuni perumahan yang datang dari berbagai daerah membawa budaya dan latar belakangnya, melalui interaksi yang terjadi diantara mereka, maka nilai-nilai dan sifat-sifat masyarakat kota ikut membaur dengan masyarakat setempat.
      
2.3.       TEORI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
2.3.1.      Teori Involusi Cliffort Gerz
          Cliffort Gerz, Dunia pendekatan sosial budaya pernah diramaikan oleh suatu konsep yang penting, yang kemudian turut memperkaya dunia teori dan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Konsep tersebut adalah Involusi, yang pada mulanya berasal dari konsep Infolusional. Kepadatan penduduk merupakan salah satu sisi kehidupan kota yang tak terelakkan. Data statistik menunjukan pertumbuhan penduduk diperkotaan rata-rata 4,3% pertahun melebihi pertumbuhan rata-rata. Penduduk Indonesia periode 1990-2000-an yaitu sebesar 1,8% pertahun(Yusuf, 2003). Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia yang menunjukkankecenderungan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan makin meningkatnya jumlah penduduk baik karena arus perpindahan penduduk ataupun perkembangan alamiah.
Laju pertumbuhan penduduk kota tersebut, mendorong kebutuhan sarana dan prasarana khususnya untuk kebutuhan perumahan semakinmeningkat. Tanpa memperhitungkan rumah yang diganti dan kekurangan rumah yang secara komulatif telah ada sebelumnya, kebutuhan perumahan akibat pertambahan penduduk di daerah perkotaan cukup tinggi. Usaha untuk memenuhi kebutuhan perumahan telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak pengembang swasta. Namun, program pengadaan perumahan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintahmaupun pengembang jumlahnya masih sangat terbatas dan hanya terjangkau oleh kalangan menengah ke atas. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan perumahan, kompetisi untuk mendapatkan lahan semakin meningkat yang berakibat pada terbatasnya ketersediaan lahan permukiman serta tingginya harga tanah.
            Dengan demikian, karena jumlah penduduk yang membludak ini, maka akhirnya mengakibatkan pendirian perumahan merambat baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan. Dengan adanya pembangunan perumahan ini ikut berkontribusi dalam perubahan pola pemikiran masyarakat di sekitarnya. Setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas, ada yang menyeluruh. Perubahan dapat berupa pergeseran nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya. Semua perubahan itu ada yang maju (progress) dan ada yang mundur (Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, 2009).

2.3.2.      Teori Modenisasi
Teori Modernisasi merupakan teori yang mengkaji tentang dunia ketiga dengan masyarakat tradisionalnya menuju pada modernisasi yang mengacu pada negara Barat yang dianggap sebagai negara modern. Modernisasi dianggap sebagai proses sistematik, transformasi, dan immanent (terus-menerus). Teori ini mengkaji persoalan negara Dunia Ketiga secara abstrak dan bertendensi mengambil kesimpulan-kesimpulan umum untuk dijadikan pola yang dibakukan dan mengambil wilayah negara sebagai unit analisisnya. Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Perubahan masyarakat desa saat ini lebih menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang. Modernisasi di desa sendiri merubah bentuk fisik desa maupun nonfisik desa itu sendiri. Modernisasi desa membuat perubahan dalam bentuk fisik misalnya ada banyak pembangunan yang dilakukan demi majunya suatu desa salah satunya adalah dengan adanya komplek perumahan yang dibangun disana. Sedangkan modernisasi di bidang nonfisik dapat berupa perubahan nilai dan norma sosial, perubahan tingkah laku masyarakat desa, perubahan gaya hidup masyarakat desa dan lain sebagainya.
            Merujuk pada pernyataan diatas, bahwa sanya dengan adanya pembangunan perumahan, maka banyaknya pendatang yang tinggal di perumahan tersebut yang terdiri dari berbagai golongan dan juga etnis yang berbeda beda, ikut mempengaruhi pola pemikiran masyarakat di sekitar perumahan menjadi lebih terbuka. Disinilah arus globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan pembangunan perumahan tersebut.               
Peningkatan jumlah penduduk perumahan dari tahun ke tahun memberikan konstribusiterhadap peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan sarana pemenuhankebutuhan hidup sehari hari. Peningkatan sarana dan prasarana dapat dilihat dari peningkatan jumlah sekolah yang terdapat di wilayah perumahan yang diikuti oleh peningkatan jumlah lulusan dari setiap jenjang pendidikan. Peningkatan sarana  dan prasarana pendidikan yang terjadi di wilayah perumahan juga berimbas terhadap peran serta masyarakat sekitar yang mengenyam pendidikan di perumahan dankemajuan ekonomi yang dilihat dari semakin bertambahnya sarana kebutuhan hidup sehari hari, seperti kebutuhan pangan dan papan, kebutuhan kesehatan dan kebutuhan akan kemudahan transportasi di wilayah perumahanjuga berdampak terhadap peran sikap penduduk sekitar. Disini warga yang tinggal di perumahan ikut mempengaruhi pola pikir dan sikap masyarakat sekitarnya melalui interaksi yang dilakukan maka proses modernisasipun mulai berjalan.
Menurut Inkeles (Suwarsono dan Alvin, 2000:31), manusia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok berikut ini:
a.      Terbuka terhadap pengalaman baru. Ini berarti, bahwa manusia modern selalu berkeinginan untuk mencari sesuatu yang baru.
b.      Manusia modern akan selalu memiliki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai bentuk otoritas tradisional, seperti orang tua, kepala suku (etnis), dan raja.
c.      Manusia modern percaya terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan kemampuannya untuk menundukkan alam semesta.
d.     Manusia modern memiliki orientasi mobilitas dan ambisis hidup yang tinggi. Mereka berkehendak untuk meniti tangga jenjang pekerjaannya.
e.      Manusia modern memiliki rencana jangka panjang. Mereka selalu merencanakan seuatu jauh di depan dan mengetahui apa yang akan mereka capai dalam waktu lima tahun ke depan, misalnya.
f.       Manusia modern aktif terlibat dalam percaturan poiltik. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kekeluargaan dan berpartisipasi aktif dalam urusan masyarakat lokal.
     Pendidikan merupakan faktor yang terpenting yang mencirikan manusia modern.Besar kecilnya jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal dasar yang potensial bagi perkembangan suatu wilayah akan didukung apabilmemiliki kualitas yang baik. Kualitas sumber daya manusia salah satunya dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang  cukup penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, juga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dalam hal pembangunan perumahan tidak hanyakelengkapan-kelengkapan kapling ruang dankeperluan-keperluan pasar yang diperhatikan, namun kelengkapan sarana pendidikan juga harus menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh Perumnas.
Jadi dengan adanya kompleks perumahan ini, maka berdampak pula pada penyediaan sarana dan prasarananya, salah satunya yaitu dengan meningkatnya jumlah sekolah, dimana hal ini ikut mempengaruhi warga sekitar perumahan tentang pentingnya pendidikan, menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah tersebut. Masyarakat jadi lebih melek terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdirinya warnet-warnet yang menjadi salah satu media informasi bagi masyarakat sehingga menjadi lebih luas dalam mengakses pengetahuan. Penggunaan tepon seluler dimana dulu baru sedikit yang mempergunakannya tapi sekarang telpon seluler sudah menjadi kebutuhan pokok dari masyarakat.
Selain hal itu, berbagai  perubahan yang bersifat tekhnis dengan adanya pembangunanperumahan ini di ikuti oleh adanya perubahansosial yang terjadi di kalangan masyarakat perumahan dan diluar perumahan. Perubahan sosial tersebut dapat dilihat dari perubahan pola berbelanja kebutuhan sehari hari. Dengan adanya perumahan ini maka seiring pula dengan munculnya mini market-mini market disekitar lokasi perumahan yang dibangun untuk memberikan kemudahan bagi warga untuk berbelanja. Sebelum adanya mini market yang berada di wilayah perumahan, masyarakatbiasanya berbelanja ke pasar tradisional namunsetelah adanya sejumlah mini market, orientasi berbelanja masyarakat sering dilakukan ke minimarket yang ada. Dengan demikian sedikit demi sedikit keberadaan mini market ini telah menggeser pasar tradisonal yang ada. Dimana waktu berbelanja di pasar tradisonal biasanya ada hubungan interaksi yang lebih intens baik antara pembeli dengan pedagang, pembeli dengan pembeli, maupun pedagang dengan pedagang. Namun ketika berbelanja di mini market pola hubungan seperti ini skalanya dirasa lebih kecil. Disini terlihat bahwa adanya suatu pola perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Definisi perubahan sosial sendiri menurutSajogjo (1985:119), adalah perubahan dalam hubungan interaksi anatar orang, organisasi, atau komunitas. Ia dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peranan. Tekanan pada definisi ini adalah perubahan akan meliputi perubahan yang terjadi antar individu yang saling berinteraksi dalam kurun waktu tertentu, yang akhirnya akan mempengaruhi inividu dalam bersikap.
Sehingga dengan adanya pembangunan perumahan tersebut, selain sebagai salah satu alternatif bagi masalah kependudukan, hal ini ini juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di wilayah sekitar pembangunan perumahan tersebut dengan adanya sarana dan prasarana yang semakin lengkap jika dibandingkan dengan sebelumnya, seperti adanya supermarket, rumah sakit, warnet dan sekolah-sekolah yang ikut berkontribusi dalam upaya memajukan warga sekitarnya supaya lebih terbuka dan berpikir maju ditengah arus globalisasi dan modernisasi yang terjadi saat ini.



BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
            Permasalahan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman pada masyarakat Indonesia merupakan sebuah permasalahan yang penting dan akan selalu menjadi agenda setiap saatnya. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang harus dihadapi oleh bangsa kita sebagai konsekuensi logis dari negara yang sedang berkembang. Sebuah bukti nyata bahwa permasalahan ini merupakan sebuah permasalahan yang serius dan selalu mendapat perhatian khusus sejak dari dahulunya yaitu dengan selalu dimasukkannya agenda perumahan dan permukiman ini ditiap-tiap rencana pembangunan negara kita sejak dari dahulunya.
Dibangunnya berbagai macam perumahan merupakan suatu usaha  bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan harkat serta martabat masyarakat. Disamping kostribusinya dalam masyarakat dalam usaha menanggulangi masalah penyebaran penduduk,pembangunan perumahan juga membawa berbagai dampak positif dan negatif, baik terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya.Perumahan bukan hanya merupakan tempat lindung bagi masyarakat, tetapi perumahan merupakan salah satu faktor penentuperkembangan masyarakat yang menempatinya.Perumahan sebagai pemenuhan fungsi badan sosial sering kali terbentur dengan masalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, perlengkapan fasilitas kesehatan, dan perbedaan kebudayaaan antar masyarakatnya.
Permasalahan yang timbul dalam lingkungan perumahan mencakup beberapabidang kehidupan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial, seperti kesenjangan sosial yang menonjol dalam kalangan masyarakat perumahan yang berimbas terhadap kurang terintegrasinya masyarakat perumahan, penggunaan lahan yang tidak semestinya yang dapat mengurangi keindahan dan tata guna lahan, serta penggunaan unit yang tidak sesuai dengan fungsinya. Dalam bidang ekonomi, keberadaan perumahan merupakan sebab utama peralihan mata pencaharian penduduk dari segi agraris ke non agraris. Mata pencaharian penduduk sekitar berorientasi  pada pertanian, namun setelah dibangunnya perumahan mata pencaharian dari pertanian berubah ke non-pertanian.
            Selain dampak yang disebutkan diatas, terdapat pula dampak positif dari pembangunan perumahan tersebut. Hal ini ini bisa dilihat dari sarana dan prasarana yang semakin lengkap jika dibandingkan dengan sebelumnya, seperti misalnya adanya supermarket, rumah sakit dan sekolah-sekolah. Dampak lain yang ditimbulkan adalah dengan adanya pembangunan perumahan sangat berdampak pada pemikiran masyarakat setempat dimana sebelumnya pola pemikiran masyarakat masih bersifat primitif namun setelah adanya pembangunan perumahan tersebut maka pemikiran masyarakat juga ikut berubah menjadi lebih modern, hal ini di karenakan banyaknya pendatang yang tinggal di perumahan tersebut terdiri dari berbagai golongan dan juga etnis yang berbeda beda.
            Hal ini tidak menutup kemungkinan mempengaruhi sifat dari masyarakat setempat, baik dengan sifat positifnya maupun negtifnya. Seperti sifat serikat bersama yang perlahan mulai berkurang, artinya bahwa dengan banyaknya para pendatang yang datang dengan berbagai latarbelakang masing-masing juga ikut mempengaruhi sekaligus membawa sifat masyarakat /warga asli menjadi lebih terbuka, melek ilmu pengetahuan dan teknologi, egois, individualistik, dan lain sebagainya. Juga ikut berkontribusi mempengaruhi lifestyles atau gaya hidup dari masyarakat sekitar perumahan, seperti cara berpakaian atau berbahasa. Sedangkan gaya hidup merupakan bagian dari kebudayaan, sementara kebudayaan merupakan fakta sosial.Disinilah arus globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan pembangunan perumahan tersebut. Pembangunan perumahan itu sendiri merupakan salah satu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat bersama pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mensejahterakan kehidupan warga negaranya.



DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Budihardjo, Eko. (1992). Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni.
Gautama, Sudargo. (1975). Komentar Atas Undang-Undang Pokok Perumahan dan Peraturan Sewa-Menyewa. Bandung : Alumni.
Sastra M, Suparno. (2005). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta : ANDI.
Sastrawijaya, Tresna. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta
Dongoran, Timbul. Dkk. (1998). Lingkungan Budaya Pada Masyarakat Perumahan Rakyat Daerah Sumatera Utara. Depdikbud.
SayfudinAchmad.  (2011). Antropologi sosial Budaya.
Suwarsono dan Alvin. (2000). Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta:   PT. Pustaka LP3ES.
Yudohusodo, Siswono. (1991). Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta. INKOPPOL, Unit Percetakan Bharakerta.
Wati, Eka. (2009). Keberadaan Perumahan Bumi Rancaekek Kencana Kabupaten Bandung Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Sekitar Tahun 1993-2007.  Skripsi Sarjana FPIPS : Tidak diterbitkan.  
Sumber Internet :
Dial_Thespider. (2008). Pembangunan Perumahan Dan Pemukiman Yang Bertumpu Pada Swadaya Masyarakat. [Online]. Tersedia :http://de-arch.blogspot.com/2008/09/pembangunan-perumahan-dan-pemukiman.html [02November 2011].



x5ixQMTXw2w&cad=rja [02 November 2011]

http://amankeun.blogspot.com/2013/12/makalah-pembangunan.html?m=1